Cari Berita
Tips : hindari kata umum dan gunakan double-quote untuk kata kunci yang fix, contoh "sakura"
Maksimal 1 tahun yang lalu
Ekonomi & Bisnis
Wamen BUMN Sebut Bakal Ambil Alih Lahan Penambang Liar untuk Pemulihan PT Timah
TEMPO BISNIS   | Mei 23, 2024
30   0    0    0
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo alias Tiko berencana membuat skema pemulihan PT Timah (Persero) Tbk atau TINS dengan mengambil alih lahan yang dipakai oleh penambang liar.
"Itu skema untuk mulai mengambil alih ulang lagi yang kemarin diambil sama penambang liar supaya kami bisa produksi lebih besar lagi ke depan," kata Tiko ditemui usai acara ulang tahun Bulog ke di Balai ke 57 di Balai Kartini pada Rabu, 22 Mei 2024 malam.
Sebelumnya, PT Timah mengumumkan melalui keterangan resminya pada 28 Maret 2024 mengalami kerugian karena penambang tanpa izin atau ilegal.
Data dari kinerja operasi PT Timah mencatat produksi bijih timah sebesar 14.855 ton atau 74 persen pada akhir tahun 2023 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 20.079 ton. Adapun produksi logam timah sebesar 15.340 metrik ton atau 77 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 19.825 metrik ton, serta penjualan logam timah sebesar 14.385 metrik ton atau 69 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 20.805 metrik ton.
Harga jual rerata logam timah sebesar USD 26.583 per metrik ton atau lebih rendah 84 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 31.474 per metrik ton.
Sampai dengan akhir tahun 2023, TINS mencatatkan ekspor timah sebesar 92 persen dengan 6 besar negara tujuan ekspor meliputi Jepang 17 persen, Korea Selatan 13 persen,  Belanda 11 persen, India 9 persen, Taiwan 9 persen dan Amerika Serikat 8 persen.
Direktur Utama PT Timah (Persero) Tbk. atau TINS, Ahmad Dani Virsal menyebut kerugian yang dialami perusahaannya mencapai Rp 450 miliar. Menurut dia, kerugian itu disebabkan oleh penurunan harga timah di pasar global.
Ahmad menyampaikan bahwa produksi PT Timah juga mengalami penurunan. Selain itu, beban operasional perusahaan yang masih tetap tinggi.
Iklan
"Bebannya tetap, peak cost-nya tetap, tapi pendapatan kami jauh menurun karena produksinya juga jauh menurun. Ditambah parah lagi harga jual timah juga menurun sehingga pendapatan itu jomplang jauh sekali," kata Ahmad dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR, Selasa, 2 April 2024.
Ia memaparkan bahwa pendapatan PT Timah turun 33 persen di tahun 2023 menjadi hanya Rp 8,39 triliun yang sebelumnya sebesar sempat menyentuh Rp 12,5 triliun pada tahun 2022. Sebelum ada kerugian perusahaan sebesar Rp 450 miliar itu, perusahaan sempat meraup laba hingga Rp 1,04 triliun.
Lebih lanjut, ia turut menyinggung soal sejumlah negara yang produksinya meningkat, seperti Malaysia.
Tak hanya itu, menurut dia rata-rata timah per metrik ton menurun sejak tahun 2021. Pada tahun 2021, harga rata-rata timah mencapai US$ 32.169, turun menjadi US$ 31.474 pada 2022, dan kembali turun menjadi US$ 26.583 per metrik ton pada tahun 2023. "Penurunan produksi, harga jual menurun itu karena di pasar dunia itu oversupply," ujarnya.
DESTY LUTHFIANI | SAVERO ARISTIA WIENANTO
komentar
Jadi yg pertama suka