Ekonomi & Bisnis
Penyetor Jumbo Dividen Kas Negara Jadi Saham Favorit di Bursa
CNN EKONOMI
| Oktober 4, 2024
15 0 0
0
Jakarta, CNN Indonesia --
(mrh/pta)
Saham perbankan jadi koleksi favorit investor saham pemula. 'Pemain' lama pasar modal yang ingin berinvestasi jangka panjang juga gemar menjadikan sektor perbankan sebagai andalan.
Alasannya, saham perbankan dikenal sebagai saham defensif alias tangguh. Kalau harganya naik mungkin tak terlalu melesat, tetapi begitu jatuh pun tak bakal amblas parah.
Selain itu, sektor perbankan, terutama bank-bank konvensional yang sudah lama melantai di bursa saham, dikenal royal membagikan dividen besar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Head of Customer Literation and Education dari Kiwoom Sekuritas Indonesia Oktavianus Audi mengatakan investor pemula sebaiknya mengenal kriteria kualitas terbaik emiten dengan beberapa indikator. Pertama, rajin menebar dividen, terlebih yang memiliki sejarah lebih dari tiga tahun selalu membagi dividen.
"Artinya perusahaan memiliki kinerja laba yang positif dan stabil, selain itu dividen juga merupakan bentuk apresiasi perusahaan kepada para pemegang saham.
Kedua, memiliki economic moat atau keunggulan berbeda dibanding kompetitor. Menurutnya, perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif berkelanjutan akan sulit ditandingi sehingga dapat mempertahankan profitabilitas. Terakhir, perusahaan menjalan Good Corporate Governance (GCG) dengan baik.
Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) atau bank jenis Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masuk daftar saham perbankan favorit investor pemula. Bank Mandiri, BRI, BNI hingga BTN kerap mejeng di daftar 'watchlist' mereka. Bank-bank pelat merah ini pun dikenal royal menebar dividen lebih dari 50 persen laba perseroan.
"Emiten bank, khususnya big bank, secara umum sudah memenuhi kriteria di atas dan secara kapitalisasi pasar juga tergolong besar dengan bobot lebih dari 10 persen terhadap IHSG," imbuhnya.
Yang untung tentu saja bukan cuma investor ritel, tetapi juga negara. Sebab, pemerintah Indonesia merupakan pemegang saham mayoritas Himbara.
Yang untung tentu saja bukan cuma investor ritel, tetapi juga negara. Sebab, pemerintah Indonesia merupakan pemegang saham mayoritas Himbara.
Perusahaan pelat merah menyumbang Rp1.940 triliun sepanjang 2020 hingga 2023. Kontribusi itu terdiri dari pajak sebesar Rp1.391,4 triliun, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Rp354,2 triliun, dan dividen Rp 194,4 triliun.
Khusus dividen, setoran BUMN ke kas negara cenderung meningkat. Pada 2020, kontribusinya Rp43,88 triliun dan pada 2023 setorannya melambung nyaris dua kali lipat menjadi Rp81,21 triliun.
Nah, setoran dividen yang fantastis tersebut mayoritas disumbang oleh Himbara.
Kinerja cemerlang BUMN, termasuk Himbara, berlanjut ke tahun ini. Bahkan, pada semester I 2024 setoran dividen ke negara tembus Rp85,5 triliun. Capaian tersebut sudah melampaui target yang ditetapkan pemerintah. Pasalnya, Menteri BUMN Erick Thohir hanya mematok target dividen sebesar Rp85 triliun pada tahun ini.
Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan pembagian dividen ini merupakan bentuk komitmen BRI dalam menciptakan nilai ekonomi utamanya bagi para shareholders.
Menurutnya, melalui strategi dan inisiatif yang didukung pengelolaan modal yang baik, pihaknya optimis akan terus menciptakan nilai dan memberikan imbal hasil yang optimal kepada pemegang saham.
"Ini adalah bukti nyata bahwa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki fungsi agent of development dan value creator dapat menjalankan peran ekonomi dan nilai sosial secara simultan," ujarnya.
Sunarso menuturkan melalui pembayaran pajak dan dividen, laba yang diperoleh BRI dan BUMN lainnya akan kembali ke negara, yang merupakan pemegang saham mayoritas. Sejak 2019 hingga akhir 2023, total dividen yang disetor BRI kepada negara mencapai Rp65,48 triliun.
"Selanjutnya, laba ini digunakan untuk kepentingan rakyat Indonesia melalui berbagai program pemerintah," imbuhnya.
BRI tercatat sebagai jawara di daftar BUMN yang membagikan dividen tertinggi. Tahun lalu, BRI membagikan dividen sebesar Rp48,10 triliun. Dengan kepemilikan sebesar 53,19 persen saham di BRI, pemerintah Indonesia menerima dividen sekitar Rp25,71 triliun. Nilai dividen BRI ini setara 30 persen dari total dividen BUMN untuk negara.
Bank Mandiri, yang berada di urutan kedua penyetor dividen terbesar, juga menetapkan 60 persen dari laba bersih konsolidasi pada 2023 yang mencapai Rp55,1 triliun. Artinya, dividen yang ditebar kepada pemegang saham senilai Rp33,03 triliun. Sisa 40 persen laba yang ditahan digunakan untuk penguatan modal dan pengembangan usaha.
Dari nilai tersebut, Bank Mandiri membagikan dividen sebesar Rp17 triliun kepada pemerintah sebagai pengendali dengan kepemilikan saham 52 persen. Lebih rinci, besaran dividen per lembar saham (dividen per share) emiten berkode BMRI ini sekitar Rp353,95, naik 33 persen secara year on year (yoy).
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI
2019 | Rp9,52 triliun |
2020 | Rp11,77 triliun (pandemi covid-19) |
2021 | Rp6,92 triliun |
2022 | Rp14,04 triliun |
2023 | Rp23,23 triliun |
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk atau Bank Mandiri
2019 | Rp9,89 triliun |
2020 | Rp6,16 triliun (pandemi covid-19) |
2021 | Rp8,75 triliun |
2022 | Rp12,84 triliun |
2023 | Rp17,17 triliun |
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI
2019 | Rp2,3 triliun |
2020 | Rp492,57 miliar (pandemi covid-19) |
2021 | Rp1,63 triliun |
2022 | Rp4,39 triliun |
2023 | Rp6,27 triliun |
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN
2019 | Rp12,55 miliar |
2020 | tak membagikan dividen (pandemi covid-19) |
2021 | Rp142,57 miliar |
2022 | Rp365,4 miliar |
2023 | Rp420 miliar |
komentar
Jadi yg pertama suka