Cari Berita
Tips : hindari kata umum dan gunakan double-quote untuk kata kunci yang fix, contoh "sakura"
Maksimal 1 tahun yang lalu
Ekonomi & Bisnis
Pembeli Baju di Pasar Tanah Abang Anjlok 50 Persen, Apa Sebabnya?
CNN EKONOMI   | Oktober 8, 2024
20   0    0    0
Jakarta, CNN Indonesia --
Asosiasi Pedagang Pasar Tanah Abang mengakui daya beli masyarakat turun drastis. Hal ini tercermin dari berkurangnya pembeli lebih dari 50 persen.
Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Tanah Abang Yasril Umar mengatakan kondisi ini terjadi sejak pandemi covid-19 dan belum juga membaik sampai saat ini.
"Tren belanja masyarakat, khususnya pedagang grosir daerah/mancanegara secara umum menurun jauh, terutama sejak covid-19 yang lalu. Lebih dari 50 persen (turunnya)," ujar Yasril kepada CNNIndonesia.com, Selasa (8/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, selain daya beli masyarakat yang menurun, tren belanja yang anjlok juga disebabkan oleh beberapa faktor lainnya, seperti budaya belanja masyarakat yang berubah ke online.
Kemudian, juga disebabkan oleh banyaknya muncul pasar nonformal sekitaran Pasar Tanah Abang hingga banyaknya barang impor yang membanjiri kawasan pasar terbesar di Asia Tenggara tersebut.
Selain itu, ia menyebutkan para pedagang daerah sekarang sudah mulai meninggalkan Tanah Abang dan lebih memilih membeli bahan atau kain langsung ke pabrik.
"Pedagang daerah yang biasanya belanja ke Tanah abang, sekarang langsung ke pengrajin di sentra-sentra industri pakaian jadi (potong kompas), seperti, Bandung, Tasikmalaya, Pekalongan, Solo dan lain-lain," terangnya.
Senada, Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonsus Widjaja mengatakan penurunan belanja juga terjadi di mal. Turunnya sekitar 5-10 persen.
Menurutnya, hal ini dikarenakan kondisi keuangan masyarakat kelas menengah bawah yang makin sulit. Sehingga, banyak yang memilih harga murah untuk barang yang sama.
"Dikarenakan uang yang dipegang semakin sedikit, maka saat ini pola belanja masyarakat kelas menengah bawah cenderung untuk membeli barang ataupun produk dengan nilai atau harga satuan yang lebih kecil atau murah," jelasnya.
Menurutnya, daya beli masyarakat turun bahkan terjadi sejak awal tahun dan makin parah setelah Hari Raya Idulfitri 2024. Kondisi penurunan paling parah terjadi di luar pulau Jawa.
Alphonsus berharap tren penurunan ini akan terbantu menjelang Pilkada dan libur Natal-Tahun Baru mendatang. Meski memang tidak akan membantu kinerja pusat perbelanjaan secara signifikan.
"Sehingga rata-rata kinerja keseluruhan 2024 akan tetap lebih baik dari 2023, meski hanya akan tumbuh single digit saja," pungkasnya.
(ldy/agt)
komentar
Jadi yg pertama suka