Ekonomi & Bisnis
Bahlil Ungkap Masalah Listrik EBT Masih Defisit 8,1 GW di 2025
CNN EKONOMI
| Oktober 10, 2024
9 0 0
0
Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkap pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) masih defisit sebesar 8,1 gigawatt (GW) di 2025.
Mulanya, ia menyebut pemerintah sudah sepakat terkait target net zero emission pada 2060. Salah satu langkahnya adalah Indonesia beralih dari fosil batu bara ke EBT.
Namun untuk mencapai target tersebut, dibutuhkan pengeluaran modal (capital expenditures/capex) dan investasi yang tidak sedikit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahlil heran target EBT kerap diturunkan, dari yang tadinya 25 persen, kini menjadi 23 persen.
"Sekarang kita masih defisit 8,1 gigawatt untuk memenuhi target 2025. Saya cek kenapa ini terjadi," ujar Bahlil dalam acara BNI Investor Daily Summit 2024 di JCC Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (9/10).
Dari hasil pengecekannya, ia menemukan beberapa masalah besar. Pertama, masalah harga.
Bahlil menyebut harga EBT lebih tinggi dibandingkan harga listrik dari batu bara dan fosil.
"Dan itu menurut saya enggak salah, kenapa? Memang capex investasinya mahal. Tapi kan kita tidak bisa menunggu itu seperti ayam dan telur, mana duluan," ungkapnya.
Bahlil menyebut harga kerap diturunkan agar tidak membebani subsidi ke pemerintah dan tidak memberatkan beban kepada rakyat.
Kedua, masalah transmisi. Bahlil menyebutkan sebanyak 350 megawatt (MW) sumber EBT di Sumatra Selatan tidak memiliki jaringan. Jika tak ada jaringan, ia khawatir tak akan ada yang mau membeli listrik tersebut.
"Jadi memang jujur, RUPTL (Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik) itu tidak didesain secara komprehensif tapi parsial. Listriknya ada, jaringannya enggak ada," tutur dia.
Maka itu, Bahlil mengatakan pihaknya di kementerian menyusun RUPTL dan merinci berapa kapasitas yang dibutuhkan dengan pertumbuhan ekonomi dan menemukan lokasi mana yang belum memiliki jaringan.
"Jangan bangun power plant-nya dulu. Kalau tidak nanti bayar. Makanya PLN keuntungan kita enggak terlalu bagus gara-gara itu. Bayar barang mubazir," kata Bahlil.
(del/agt)
komentar
Jadi yg pertama suka