Ekonomi & Bisnis
Pengusaha Beber Alasan Investor China Ramai Bangun Smelter Nikel di RI
CNN EKONOMI
| Nopember 20, 2024
8 0 0
0
Jakarta, CNN Indonesia --
Pengusaha membeberkan alasan investor China membangun banyak fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel di Indonesia.
Ketua Bidang Perindustrian dan Perdagangan Badan Pengurus Pusat (BPP) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Afifuddin Suhaeli Kalla mengatakan pada awal tahun 2000 smelter nikel banyak dibangun di China. Bijih nikel yang diolah ternyata berasal dari Indonesia.
Namun, saat ekspor bijih nikel dilarang oleh Presiden RI ke-7 Joko Widodo (Jokowi) sekitar tahun 2019-2020, China memindahkan pabrik pengolahan nikelnya ke Indonesia. Dengan pelarangan ekspor, nikel harus diolah terlebih dahulu di Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi hilirisasi nikel pindah dari yang sebelumnya di China, pabriknya dipindahkan ke Indonesia. Jadi investasinya masuk ke Indonesia," katanya dalam Forum Diskusi CNN "Strategi Investasi Membangun Ekonomi Berkelanjutan" di Hotel Pullman Thamrin, Jakarta, Rabu (20/11).
Afifuddin mengatakan China memang membutuhkan banyak nikel untuk dua industri, yakni stainless steel dan baterai kendaraan listrik. Karena itu, investor China ramai-ramai membangun smelter nikel di Indonesia.
Terlebih, Indonesia memiliki potensi nikel yang besar di mana pasokan nikel Indonesia menyumbang hampir 40 persen dari total pasokan global.
"Memang Indonesia salah satu pemain nikel terbesar di dunia dan untuk sekarang pun harga itu kita yang kendalikan. Jadi itu kenapa hilirisasi nikel dilakukan di Indonesia," katanya.
Program hilirisasi nikel menjadi salah satu fokus utama dalam strategi pembangunan ekonomi nasional, sejak dipopulerkan oleh Presiden Jokowi dan kemudian berlanjut di era Presiden Prabowo Subianto.
Melalui kebijakan ini, pemerintah menitikberatkan pada peningkatan nilai tambah sumber daya alam melalui proses pemurnian atau peleburan, alih-alih mengandalkan ekspor bahan baku mentah.
Jokowi mengatakan hilirisasi khususnya pada industri nikel membawa pemasukan ke negara secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Misalnya, pada 2015, ekspor nikel Indonesia hanya bernilai Rp45 triliun, namun melonjak signifikan menjadi Rp520 triliun pada 2023 setelah pemerintah menerapkan kebijakan hilirisasi ini.
Kebijakan hilirisasi ini juga disebut-sebut membawa dampak signifikan terhadap ekonomi warga lokal di sekitar pusat-pusat produksi nikel seperti Morowali Utara, Sulawesi Tengah. Tidak hanya mendongkrak pertumbuhan ekonomi, hilirisasi nikel juga membawa berbagai perubahan ekonomi-sosial bagi masyarakat setempat.
(fby/sfr)
komentar
Jadi yg pertama suka