Ekonomi & Bisnis
Rupiah Ditutup Melemah Akhir Pekan Ini
TEMPO BISNIS
| Desember 14, 2024
14 0 0
0
TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah ditutup melemah sebanyak 64 poin ke level Rp 16.008 per dolar Amerika Serikat pada perdagangan di akhir pekan ini. Angka ini turun sebanyak 0,40 persen dari level pada penutupan sebelumnya, yakni Rp 15.944.
“Sedangkan untuk senin depan, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 15.090 hingga Rp 16.070,” ucap Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, dalam keterangan tertulis resminya pada Jumat, 13 Desember 2024.
Dalam laporannya, Ibrahim menyoroti kekecewaan investor terhadap serangkaian langkah stimulus agresif yang dilakukan Cina. Ibrahim menilai langkah yang diambil pasca pembaruan Konferensi Kerja Ekonomi Pusat (CEWC) Cina menjadi salah satu faktor eksternal dari pelemahan rupiah sore ini.
“Sebuah pernyataan di media mengungkapkan Cina telah berjanji untuk meningkatkan defisit anggaran, meningkatkan penerbitan utang, dan melonggarkan kebijakan moneter untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi di tengah ketegangan perdagangan yang diantisipasi dengan AS,” kata Ibrahim.
Ibrahim mengatakan, pasar menilai kebijakan tersebut tidak mungkin memberikan momentum ekonomi langsung yang dibutuhkan untuk melawan tekanan deflasi Cina.
Adapun, di dalam pertemuan yang diadakan selama dua hari dan berakhir pada Kamis tersebut, Cina memutuskan beberapa target yang tidak akan dirilis secara resmi hingga pertemuan parlemen tahunan pada bulan Maret. Target-target tersebut terkait pertumbuhan ekonomi, defisit anggaran, penerbitan utang, dan variabel lain untuk tahun mendatang.
Di samping itu, suku bunga sebesar 25 basis poin juga diperkirakan akan dipangkas oleh Bank Sentral atau The Fed. Sehingga, Ibrahim melihat pasar menjadi semakin ragu atas rencana jangka panjang Bank Sentral terkait suku bunga, terutama karena data inflasi Amerika Serikat di pekan ini menunjukkan angka yang masih tinggi.
Ibrahim menyampaikan, The Fed juga akan mengurangi kecepatan penurunan suku bunga pada akhir tahun 2025. Hal ini mereka lakukan setelah memangkas suku bunga sebanyak 75 basis poin sejauh ini pada 2024.
Kebijakan ekonomi pemerintah AS yang ekspansif dan inflasi yang tinggi di bawah kepemimpinan Presiden terpilih Donald Trump juga diperkirakan akan membuat Bank Sentral cenderung mempertahankan suku bunga pada level yang lebih tinggi dalam jangka panjang. Dia menambahkan, di samping keputusan terkait suku bunga yang dikeluarkan The Fed, keputusan suku bunga di Jepang dan Inggris juga akan menjadi fokus minggu depan.
komentar
Jadi yg pertama suka