Ekonomi & Bisnis
BCA Buka Suara Soal Piutang Rp 1,179 Triliun Usai Kasasi Sritex Ditolak MA
TEMPO BISNIS
| 14 jam yang lalu
1 0 0
0
EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F Haryn mengatakan pihaknya akan menghormati putusan kasasi dari MA. BCA terus berkoordinasi dengan pemangku kepentingan dalam ranka mencapai solusi dan penyelesaian terbaik.
“BCA juga menghormati upaya atau langkah hukum lanjutan yang akan ditempuh Sritex,” kata Hera dalam keterangan tertulisnya, Jumat, 20 Desember 2024 lalu.
Saat dihubungi Tempo pada Senin, 23 Desember 2024, Hera enggan berkomentar mengenai perkembangan terkini jumlah utang Sritex di BCA. Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi Sritex per 30 Juni 2024, perusahaan tekstil ini memiliki utang sebesar US$ 71.309.857 atau Rp1,153 triliun (kurs Rp16.180). Jumlah itu berubah menjadi US$ 72.916.624 atau sekitar Rp1,179 triliun pada laporan keuangan konsolidasi Sritex per September 2024.
Menurut Hera, rasio loan at risk atau LAR BCA mencapai 6,1 persen selama sembilan bulan pertama 2024, membaik dari posisi yang sama di tahun lalu yakni 7,9 persen. Selain itu, rasio kredit bermasalah atau NPL BCA berada di level 2,1 persen. Sementara pencadangan untuk LAR dan NPL berada di level 73,5 persen dan 193,9 persen.
Seperti diketahui, manajemen Sritex akan melakukan upaya hukum Peninjauan Kembali (PK) usai permohonan kasasinya ditolak oleh MA. Direktur Utama Sritex, Iwan Kurniawan Lukminto, mengklaim upaya ini ia tempuh tak semata-mata untuk kepentingan perusahaan saja, tetapi juga untuk menjaga 50 ribu karyawan Sritex.
“Pilihan untuk menempuh upaya hukum PK, kami lakukan agar keluarga besar Sritex tetap dapat bekerja, bertahan hidup, dan menghidupi keluarganya di tengah situasi ekonomi yang sedang sulit,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Kamis, 19 Desember 2024.
Iwan mengatakan, selama proses pengajuan kasasi ke MA, Sritex telah melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan usahanya agar tidak melakukan PHK. Hal ini, kata Iwan, sesuai dengan anjuran pemerintah kepada manajemen Sritex.
Oyuk Ivani berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
komentar
Jadi yg pertama suka