Cari Berita
Tips : hindari kata umum dan gunakan double-quote untuk kata kunci yang fix, contoh "sakura"
Maksimal 1 tahun yang lalu
Ekonomi & Bisnis
Jumlah Kasus PMK di Sragen Bertambah, Operasional Pasar Hewan Belum Ditutup
TEMPO BISNIS   | Januari 9, 2025
3   0    0    0
TEMPO.CO, Sragen - Jumlah kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak milik warga di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, masih bertambah.
Sejak mulai ditemukan kasus kematian sapi dengan gejala PMK pada bulan November 2024 dengan jumlah sebanyak 64 ekor, saat ini jumlah kasus sudah bertambah hingga sebanyak 113 ekor. 
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Peternakan dan Perikanan (DKP3) Sragen, Ekarini Mumpuni Titi Lestari mengkonfirmasi hal itu. 
“Dari laporan yang saya terima dari 830 kasus, mati 51 ekor, potong paksa 62 ekor,” ujar Ekarini saat dihubungi Tempo, Rabu, 8 Januari 2025. 
Ia menjelaskan, untuk pengendalian kasus PMK tersebut, selain dilakukan pengobatan, pihaknya juga melaksanakan vaksinasi terhadap sapi yang sehat, penyemprotan kandang, penyemprotan di pasar, pemberian vitamin dan desinfektan, serta melakukan komunikasi informasi dan edukasi kepada masyarakat.
"Untuk Kabupaten Sragen mendapatkan 10 ribu liter desinfektan dari Dinas Peternakan Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, kami juga mendapat 250 vaksin yang langsung disuntikkan kepada sapi yang sehat dengan radius tertentu serta memenuhi persyaratan yang ditentukan," tutur dia. 
Lebih lanjut ia mengatakan pihaknya belum berencana menutup aktivitas pasar hewan di wilayah Kabupaten Sragen. Tercatat, ada lima pasar hewan di Kabupaten Sragen. Dua di antaranya termasuk pasar besar yakni Pasar Nglangon di Sragen Kota dan Pasar Hewan Sumberlawang. 
“Kita lihat perkembangan di lapangan. Yang pasti sudah dilaksanakan pengawasan yang ketat di pasar hewan," tuturnya. 
Ia menjelaskan pihaknya akan mengedepankan pengawasan serta penyemprotan desinfektan. Sedangkan sapi yang dijual dipastikan dalam kondisi sehat. 
“Kami cek lagi di atas kondisinya kalau ada sedikit meler atau sedikit sakit kita tidak boleh diturunkan. Lalu kita semprot juga kendaraan, kaki-kaki ternak itu. Jadi sapi yang diturunkan dari kendaraan sapi yang sakit,” katanya. 
Adapun kasus sapi sakit dengan gejala PMK juga ditemukan di Kota Solo. Satu ekor sapi mendadak mati diduga terpapar PMK. 
Seorang warga RT 1 RW 37 Kampung Ngemplak Sutan, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Solo, Samidi, menuturkan satu ekor sapi yang mati mendadak itu milik tetangganya. 
"Awalnya induknya ndeprok (tidak mau berdiri), lalu pedhet-nya (anak sapi berumur 2 bulan) tiba-tiba mati," ujar Samidi ketika ditemui wartawan di rumahnya hari ini. 
Ia menyebut satu ekor sapi yang mati itu terjadi sekitar dua minggu yang lalu. Setelah itu beberapa ekor sapi lain di wilayahnya, termasuk miliknya, juga mengalami gejala yang sama.
"Gejalanya itu kakinya pincang. Kan biasa kalau pagi saya lepas di lapangan sebelah, jam 12.00 pulang itu saya lihat (kakinya bengkak) abuh dan ada nanah, mulutnya berlendir," katanya. 
Kasus sapi sakit terindikasi PMK itu kemudian dilaporkan kepada Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Kota Solo. Petugas pun melakukan pengobatan dan pemberian desinfektan secara berkala.
"Sudah dua minggu ini, ini sudah membaik, makan sudah banyak," ucap Samidi.
Sementara itu Kepala Bidang Veteriner Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan Solo, Agus Sasmita mengatakan sejauh ini belum ada laporan kasus sapi mati di wilayah itu. Ia menyebutkan selama ini sapi yang terindikasi terpapar PMK di Solo hanya 5 ekor, semuanya di Kelurahan Mojosongo.
"Mungkin juga ada yang tidak dilaporkan dan sudah ditangani dokter hewan mandiri atau mantri hewan. Dua lokasi di Mertoyudan dan Ngemplak Sutan (sapi Terpapar PMK)," katanya saat pemeriksaan sapi di Mertoyudan, Mojosongo. 
Kondisi lima ekor sapi tersebut saat ini sudah membaik setelah mendapatkan pengobatan dua kali. Sapi-sapi yang terpapar saat ini sudah mendapatkan vaksin saat vaksinasi serentak 2023 hingga awal 2024 lalu.
"Ini dulu pertama dilaporkan tidak mau makan seminggu lalu, lantas dilakukan pengobatan dan sudah mau makan dan ada perbaikan. Kebetulan yang di sini sudah divaksin jadi kondisinya tidak terlalu parah," ujar Agus.
Agus menyebut ciri-ciri hewan ternak yang terpapar PMK menunjukkan gejala yang masih sama yakni air liur banyak, kemudian nafsu makan berkurang, badan lemah, bahkan tidak ada nafsu makan. Tapi belakangan juga ada kejadian mati mendadak tanpa gejala.
"(Virus ganas karena mutasi) Kemungkinan. Tapi kami tidak tahu mutasi apa belum. Yang pasti ada perubahan gejala. di Solo ini sudah dua kali injeksi pertama minggu kemarin sejak kita terima laporan dan ini kondisinya membaik," ujarnya.
Ditanya perihal sapi mati mendadak karena belum divaksin pihaknya belum berani memastikan. "Saya tidak berani memastikan. Tapi kemungkinan besar belum tervaksin atau kondisi nutrisi yang jelek atau bisa lingkungan yang jelek," kata Agus.
komentar
Jadi yg pertama suka