Ekonomi & Bisnis
Puluhan Tanker Minyak Lempar Jangkar Gara-gara Pemberlakuan Sanksi AS
CNN EKONOMI
| 17 jam yang lalu
3 0 0
0
Jakarta, CNN Indonesia --
Setidaknya 65 kapal tanker minyak di seluruh dunia terpaksa lempar jangkar setelah Amerika Serikat (AS) mengumumkan paket sanksi baru pada 10 Januari lalu.
Mengutip dari Reuters, puluhan kapal tanker itu di antaranya lempar sauh di lepas pantai China dan Rusia, Senin (13/1). Kemudian ada lima yang memilih berlabuh di Pelabuhan China, dan tujuh lagi di Pelabuhan Singapura. Merujuk pada data pelacakan kapal MarineTraffic dan LSEG, ada juga yang lempar jangkar di Laut Baltik dan Timur Jauh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelumnya, pada Jumat (10/1), Departemen Keuangan AS menjatuhkan sanksi terhadap produsen minyak Rusia Gazprom Neft dan Surgutneftegaz, serta pada 183 kapal yang mengirimkan minyak Rusia. Alasan sanksi itu, AS menuding mereka menargetkan pendapatan yang digunakan Rusia untuk mendanai perangnya dengan Ukraina.
Penghentian perdagangan kapal tanker ini menambah tekanan lebih lanjut terhadap kapal-kapal yang sudah terkena sanksi AS sebelumnya.
Ini termasuk 25 kapal tanker minyak lainnya yang ditempatkan di sekitar berbagai lokasi, termasuk di lepas pantai Iran dan juga dekat Terusan Suez.
Beberapa pelabuhan telah mengambil tindakan sebelum kebijakan terbaru ini diterapkan, sehingga menambah tekanan lebih lanjut. Contohnya, Grup Pelabuhan Shandong melarang kapal tanker di bawah sanksi AS untuk berlabuh di sana.
Para analis memperkirakan sekitar 10 persen armada kapal tanker minyak global terkena sanksi AS.
"Efek dari sanksi ini seharusnya mendukung pasar kapal tanker karena pasokan kapal di armada yang lebih luas menyusut, namun potensi kekuatan sebenarnya akan muncul ketika eksportir lain menutupi volume yang hilang," kata analis Jefferies, Omar Nokta, dalam keterangannya, Senin.
Harga minyak mentah dunia melonjak 2 persen pada perdagangan Senin (13/1), dipicu dampak ngeri sanksi baru AS ke minyak Rusia.
Sanksi baru yang lebih luas ini diperkirakan akan memengaruhi ekspor minyak mentah Moskow ke pembeli utama, yakni China dan India.
Harga minyak mentah berjangka Brent naik US$1,48, atau 1,86 persen menjadi US$81,24 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik US$1,53 atau 2 persen menjadi US$78,10 per barel.
Jumat lalu, Departemen Keuangan AS memberlakukan sanksi yang lebih luas terhadap minyak Rusia.
Sanksi baru AS tersebut mencakup produsen Gazprom Neft, Surgutneftegas, serta 183 kapal yang telah mengirimkan minyak Rusia.
Ekspor minyak Rusia akan sangat terdampak oleh sanksi baru tersebut. Analisi memperkirakan sanksi ini mendorong Tiongkok dan India, masing-masing importir minyak terbesar dan ketiga di dunia, untuk mendapatkan lebih banyak minyak mentah dari Timur Tengah, Afrika, dan Amerika. Imbasnya, harga dan biaya pengiriman naik.
Serangkaian sanksi terbaru mencakup kapal-kapal yang mengangkut 1,5 juta barel per hari minyak mentah Rusia.
Ini terdiri dari 750 ribu barel per hari ekspor ke China dan 350 ribu barel per hari ke India.
"Secara keseluruhan, penggandaan jumlah kapal tanker yang dikenai sanksi karena mengangkut minyak Rusia dapat menjadi hambatan logistik utama bagi arus minyak mentah pascainvasi," kata para analis.
(Reuters/kid)
komentar
Jadi yg pertama suka