Cari Berita
Tips : hindari kata umum dan gunakan double-quote untuk kata kunci yang fix, contoh "sakura"
Maksimal 1 tahun yang lalu
Ekonomi & Bisnis
Harga Eceran LPG 3 Kg Jatim Naik Jadi Rp18 Ribu, Pertamina Buka Suara
CNN EKONOMI   | 11 jam yang lalu
1   0    0    0
Surabaya, CNN Indonesia --
Harga Eceran Tertinggi (HET) LPG 3 kg mengalami kenaikan di seluruh wilayah Jawa Timur per Rabu (15/1). Kenaikan membuat sejumlah pedagang kaki lima mengeluh.
Stok juga sempat langka di tengah kenaikan harga tersebut.
Kenaikan harga elpiji subsidi 3 kg yang mulai berlaku hari ini sesuai dengan SK Pj Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono No 100.3.3.1/801/KPTS/013/2024 dengan kenaikan dari Rp16 ribu, menjadi Rp18 ribu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus melalui keterangannya memastikan kenaikan HET tersebut murni keputusan Pj Gubernur Jawa Timur tanpa campur tangan Pertamina.
Kenaikan ini mereka sebut sudah mempertimbangkan beberapa kondisi, salah satunya adalah HET di provinsi tetangga yakni Bali dan Jawa Tengah, serta DIY Yogyakarta yang sudah naik lebih dulu dengan harga yang sama.
Area Manager Comm, Rel & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus Ahad Rahedi mengatakan dengan adanya penyesuaian HET ini masyarakat tidak perlu panic buying.
"Kami terus melakukan upaya untuk mengajak pengecer naik kelas menjadi pangkalan, agar dapat melayani masyarakat lebih luas lagi,"kata Ahad dalam keterangannya.
Pengecer sendiri, kata dia, bukan merupakan rantai jalur distribusi yang diawasi karena tidak berkontrak dengan agen atau pangkalan. Sehingga, bila masyarakat ingin melakukan pembelian tabung 3 kg, disarankan untuk membeli di pangkalan.
"Karena ketika ada salah satu ketentuan yang tidak dipatuhi oleh pihak pangkalan maka akan diberikan sanksi berupa stop alokasi sampai dengan Pemutusan Hubungan Usaha (PHU)," ucapnya.
Saat ini, kata Ahad, sudah ada lebih dari dua pangkalan di seluruh desa/kelurahan di wilayah Jatim, nantinya dengan semakin banyak pengecer yang beralih status menjadi pangkalan resmi maka masyarakat mudah mengakses elpiji bersubsidi 3 kg.
Ahad menambahkan dengan kenaikan HET elpiji 3 kg ini, pihak Pertamina pun melakukan sosialisasi bersama Pemprov Jatim dan OPD terkait, Hiswana Migas, SPBE hingga Agen elpiji PSO.
Selanjutnya untuk memastikan harga elpiji sesuai dengan HET, seperti yang sudah dilaksanakan secara berkala, Pertamina rutin melakukan monev dan sidak untuk memastikan pangkalan Pertamina memberikan harga sesuai HET.
Saat ini total pangkalan elpiji 3 kg se-Jatim mencapai 34.739 dengan jumlah 142 pengecer yang sudah naik kelas menjadi pangkalan dan masih ada lebih dari 400 pengecer yang sedang berproses menjadi pangkalan.
Ahad memastikan stok elpiji di Jawa Timur dalam keadaan aman, yakni di posisi 9.010 metrik ton dengan rata-rata konsumsi harian 4.668 metrik ton.
"Selanjutnya sebagai bentuk pengawasan, kami juga akan terus melaksanakan pendataan pembelian elpiji bersubsidi 3 kg untuk memastikan adanya data penyaluran dan kewajaran penggunaan terhadap barang bersubsidi," tutup Ahad.
Sementara itu, pemilik pangkalan gas elpiji di Jalan Ambengan, Surabaya mengaku masyarakat sempat panic buying beberapa hari sebelum HET resmi dinaikkan. Hal itu pun menyebabkan kelangkaan pasokan.
Pemilik pangkalan, Mochammad Rivqi Yogianto Amirullah mengaku tak tahu apakah kelangkaan tabung elpiji 3 kg ini berhubungan atau imbas dari kebijakan Pemprov yang menaikan HET elpiji 3 kg menjadi Rp18 ribu.
"Saya tidak tahu apakah ini ada hubungan dengan kebijakan tersebut. Tapi dari pihak agen menyebutkan belakangan ini tabung banyak yang kosong, susah. Jadi dari agen ada jeda beberapa hari telat untuk melakukan pengiriman," kata Yogi.
Tapi, Selasa (14/1) dan beberapa hari sebelum HET resmi naik, pangkalan gas miliknya ini dibanjiri oleh pembeli. Bahkan mengalami peningkatan penjualan signifikan.
"Kalau hari biasanya itu sehari terjual 50 - 70 biji. Sebelum naik, menjelang naik itu bisa terjual 100 lebih. [Jadi pangakalan] sering kehabisan stok," ujar Yogi.
Sedangkan menanggapi dampak kenaikan HET elpiji 3 kg menjadi Rp18 ribu, Yogi mengaku tidak masalah. Pihaknya akan menyesuaikan harga jual dan menambah modal.
"Hari ini kita sudah melakukan penyesuaian harga baru. Kita akan menyampaikan perubahan harga ini ke pelanggan yang datang dan mungkin beberapa kita infokan lewat telepon," katanya.
Di sisi lain, pedagang gorengan di Pasar Pucang Adi Surabaya, Musrifah mengeluhkan kebijakan Pemprov Jatim yang menaikan harga tabung gas elpiji 3 kg dari Rp16 ribu menjadi Rp18 ribu.
Musrifah mengatakan akhir-akhir ini harga bahan baku sudah banyak yang naik. Seperti harga dari minyak goreng dan bumbu dapur.
"Harga minyak, harga bumbu, dan harga adonan gorengan ini saja semua naik. Sedangkan untung laba saya berjulan, tidak seberapa sangat sedikit," kata Musrifah.
Dalam sehari, Musrifah mengaku membutuhkan empat tabung gas elpiji 3 kg. Dia berjualan sejak pukul 08.00 WIB sampai 21.00 WIB malam.
Meski demikian, Musrifah mengaku tidak akan menaikkan harga jual gorengannya. Ia pun terpaksa akan mengurangi laba atau keuntungan.
"Ya sedih, penjual gorengan kecil seperti ini bisa apa. Semua pelanggan saya kebanyakan tukang becak, kalau saya naikan harganya kasihan. Saya juga enggak mau kehilangan pelanggan," ucapnya.
Musrifah juga tidak tega mengurangi ukuran bentuk gorengan yang dijualnya. Dia mengaku lebih baik mengambil keuntungan sedikit daripada harus kehilangan pelanggan.
"Saya tidak tega, orang kecil kesini membeli gorengan empat itu kadang saya kasih lebih. Kasihan, takut kalau di posisinya kesulitan atau tidak bisa makan. Kita orang kecil begini merasakan," pungkas Musrifah dengan pasrah. 
(frd/agt)
komentar
Jadi yg pertama suka