Media Jepang
Masyarakat Jepang Khawatirkan Harga Telur Meningkat Akibat Flu Burung
JAPANESE STATION
| 5 jam yang lalu
4 0 0
0
Berita Jepang | Japanesestation.com
Wabah flu burung di beberapa peternakan unggas di seluruh Jepang dari akhir tahun 2024 hingga awal 2025 telah memicu kekhawatiran tentang potensi terulangnya “guncangan telur” yang terjadi pada tahun 2023, ketika kekurangan pasokan mendorong harga telur ke tingkat tertinggi.
Pada tanggal 2 Januari, Prefektur Aichi mengonfirmasi kasus flu burung pertama musim ini di sebuah peternakan unggas di Tokoname, yang menandai wabah pertama di prefektur tersebut dalam waktu sekitar dua tahun. Virus ini kemudian menyebar ke peternakan terdekat, dan pada tanggal 13 Januari, enam peternakan unggas di kota tersebut, yang semuanya memelihara ayam petelur, telah melaporkan adanya infeksi.
Pemerintah prefektur Aichi melaporkan bahwa wilayah ini memiliki jumlah peternakan unggas petelur terbanyak di Jepang, dengan 108 fasilitas, dan menempati urutan keempat secara nasional dalam hal jumlah ayam, dengan total sekitar 6.346.000 ekor pada tahun 2023. Di antara semua itu, Tokoname menonjol sebagai daerah penghasil telur terbanyak di prefektur ini.
Melansir melalui Mainichi Shimbun, seorang pejabat dari Federasi Ekonomi Koperasi Pertanian Jepang Aichi, yang bertanggung jawab untuk mengelola penjualan produk pertanian dan peternakan, menekankan situasi kritis, dengan menyatakan, “Kami baru saja melakukan desinfeksi kandang ayam dan fasilitas lainnya bulan lalu sebagai tindakan pencegahan. Mencegah penyebaran lebih lanjut sangatlah penting.”
Seorang perwakilan industri lokal juga menyatakan kekhawatirannya, mengatakan, “Kami tidak punya pilihan selain mempertahankan status kewaspadaan yang sangat tinggi.”
Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jepang melaporkan bahwa wabah flu burung pertama pada musim ini di sebuah peternakan unggas telah dikonfirmasi pada tanggal 17 Oktober 2024. Meskipun penyebarannya sempat melambat, kasus-kasus baru telah melonjak sejak akhir Desember dan awal Januari, yang berdampak pada peternakan di prefektur Aichi, Ibaraki, Iwate, dan Kagoshima.
Pada pertemuan penanggulangan pada tanggal 7 Januari lalu, Menteri Pertanian Taku Eto menyatakan keprihatinannya, dengan menyatakan, “Terlepas dari upaya terbaik semua orang, wabah masih terus berlanjut dan berpotensi menyebar ke seluruh negeri.” Dia lebih lanjut memperingatkan, “Jika situasinya memburuk, hal itu dapat mengakibatkan kenaikan harga telur dan daging ayam.”
komentar
Jadi yg pertama suka