Ekonomi & Bisnis
Ekonom BCA: Sektor Properti, Transportasi, dan Logistik akan Bergerak Positif
TEMPO BISNIS
| 6 jam yang lalu
5 0 0
0
TEMPO.CO, Jakarta - Ekonomi Indonesia diperkirakan akan tumbuh positif pada 2025 meski penuh dengan tantangan. Chief Economist PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) David Sumual menjelaskan, kebijakan dan program pemerintah dapat memberikan daya ungkit cukup signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sejumlah sektor seperti properti, transportasi, logistik, makanan, minuman, hingga kemasan diproyeksikan akan terdorong kebijakan pemerintah, sehingga dapat menjadi katalis pertumbuhan ekonomi nasional. Tak hanya itu, terdapat juga potensi tambahan likuiditas berkat kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE).
“Tentu yang berhubungan dengan properti, perumahan, ini kan banyak sekali subsektornya yang berkaitan dengan itu, diperkirakan akan bergerak positif. Kemudian, ada sektor makanan minuman serta subsektor turunannya, termasuk sektor transportasi, logistik, packaging, kemasan itu juga akan terpengaruh positif,” kata David Sumual dalam sesi Mini Studio ‘Market Outlook 2025: Trump Effect, Potensi Dagang, dan Peluang Indonesia’ di BCA Expoversary 2025, dikutip dari pernyataan tertulis yang dikirimkan BCA, Senin, 25 Februari 2025.
David memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia berpotensi menyentuh angka 4,8 persen - 5 persen pada 2025. Selain keberadaan katalis dari pemerintah, pertumbuhan jumlah penduduk produktif yang rata-rata mencapai 3 persen per tahun berpotensi berdampak positif bagi perekonomian. Alasannya, karakteristik ekonomi Indonesia adalah consumer driven economy. Artinya, semakin banyak jumlah penduduk dapat mendorong peningkatan konsumsi, dan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi.
“Sektor-sektor yang kaitannya dengan consumer driven sector masih akan bagus. Tapi memang akselerasinya ini perlu katalis baru kalau ingin mendorong daya beli masyarakat lebih kuat. Kuncinya adalah FDI (foreign direct investment) masuk ke sektor-sektor yang banyak menyerap lapangan kerja, terutama manufaktur. Kalau bisa masuk ke situ tentunya daya beli masyarakat akan lebih kuat lagi. Tentunya 2025 masih banyak katalis yang kita tunggu. Paling tidak tanpa ada katalis itu pertumbuhan ekonomi 4,8 persen - 5 persen masih bisa kita capai,” ujarnya.
Head of Research BCA Sekuritas Andre Benas juga optimistis, khususnya terkait pasar modal. Menurut dia ,Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat rebound ke level 7.000-an yakni di kisaran 7.200 - 7.700.
Andre Benas menilai sektor perbankan masih akan menjadi pendorong IHSG pada 2025. “Kalau ditanya sektornya pasti ya kalau kita ekspektasi pertumbuhan yang paling bagus saat ini masih didorong oleh financial services, yaitu bank,” tutur Andre.
Meski optimistis, David Sumual maupun Andre Benas mengungkapkan bahwa semester I 2025 masih akan dipenuhi ketidakpastian dan tantangan. David menjelaskan, terdapat sejumlah tantangan pertumbuhan ekonomi Indonesia, seperti kondisi geopolitik, nilai tukar, hingga kebijakan protektif Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
“Uncertainty di global kan masih cukup tinggi ya, tapi tetap ada beberapa katalis yang saya pikir membuat kita juga optimistis. Misalnya ya, ada kebijakan (pemerintah) kan yang cukup breakthrough,” ujar David.
Di tengah kondisi penuh ketidakpastian, Andre Benas mengingatkan investor ritel agar tidak fomo dalam melakukan investasi. Menurutnya, penting bagi investor ritel untuk mencermati fundamental suatu instrumen, hingga kondisi perekonomian sebelum menaruh modal di instrumen investasi tertentu.
“Yang lain saya pikir ya tergantung dari risk appetite masing-masing. Saya pikir yang menarik itu kan misalnya ya money market atau misalnya reksadana money market kan juga ada atau misalnya yang terkait dengan bonds ya. Ini juga baru terakhir nih ada obligasi ritel, menarik sekali tuh. Ini tertinggi kan saya pikir dalam beberapa tahun terakhir ya imbal hasilnya,” ucapnya.
komentar
Jadi yg pertama suka