Ekonomi & Bisnis
Strategi Menabung Cerdas agar Dana Cepat Terkumpul Buat Berangkat Haji
CNN EKONOMI
| Maret 8, 2025
8 0 0
0
Jakarta, CNN Indonesia --
Berangkat haji menjadi impian bagi setiap umat Muslim. Namun, biaya yang terus meningkat dan waktu tunggu yang panjang membuat perencanaan keuangan menjadi kunci utama dalam mewujudkannya.
Ada beberapa strategi efektif yang dapat dilakukan untuk menyiapkan dana haji secara optimal.
Berapa Besar Dana yang Perlu Disisihkan?
Menyiapkan dana haji merupakan perencanaan keuangan jangka panjang, terutama bagi mereka yang mengambil jalur reguler dengan masa tunggu belasan hingga puluhan tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perencana keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andi Nugroho menyarankan agar 10 persen dari penghasilan bulanan dialokasikan untuk tabungan haji. Namun, jumlah ini bisa disesuaikan dengan kebutuhan lain dan target keberangkatan.
"Sebagai awalan untuk proses tabungan haji ini, kita harus menyetor uang Rp25 juta ke bank yang ditunjuk oleh badan pengelola haji. Setoran Rp25 juta ini agar kita bisa langsung didaftarkan menjadi calon jemaah dan mendapatkan nomor antrian keberangkatan haji. Selain itu, uang yang sudah disetorkan tersebut akan menjadi saldo tabungan haji kita," jelas Andi kepada CNNIndonesia.com, Jumat (7/3).
Untuk 2025, biaya haji reguler diperkirakan sebesar Rp56 juta. Dengan setoran awal Rp25 juta, calon jemaah masih perlu menabung sekitar Rp31 juta hingga waktu keberangkatan.
"Bagi mereka yang mendaftar haji dari Jakarta, jangka waktu antrian dari sejak membuka tabungan haji hingga bisa berangkat itu bisa mencapai 28 tahun. Artinya, mereka punya waktu 28 tahun untuk mencicil Rp31 juta kekurangannya, yang artinya mereka cukup menabung Rp100 ribu per bulan bila dibulatkan," tambahnya.
Sementara itu, perencana keuangan OneShildt Budi Rahardjo juga menekankan pentingnya konsistensi dalam menabung.
"Persiapan dana haji dapat dilakukan dengan menyisihkan sekitar 5 persen-10 persen dari pendapatan dengan nilai rupiah sekitar minimal Rp1 juta-Rp5 juta per bulan. Tentunya semakin besar kontribusi yang diberikan, akan semakin cepat tujuan tercapai," ujarnya.
Di Mana Sebaiknya Menyimpan Dana Haji?
Penyimpanan dana haji harus memperhitungkan faktor keamanan, likuiditas, dan potensi pertumbuhan nilai investasi.
Menurut Andi, pilihan pertama tentu dalam bentuk tabungan haji, karena ini menjadi persyaratan resmi untuk mendapatkan nomor antrian keberangkatan. Namun, ia juga merekomendasikan instrumen investasi lain untuk membantu dana tersebut berkembang.
"Mengingat investasinya kemungkinan akan berlangsung untuk jangka sangat panjang, maka kita bisa masuk ke investasi yang potensi return-nya tinggi meskipun risikonya juga tinggi. Contohnya adalah di pasar saham, atau di reksadana berbasis pasar saham atau berbasis campuran. Selain itu, juga bisa berinvestasi di properti atau perkebunan tanaman keras seperti pohon jati atau sengon," ungkap Andi.
Sementara itu, Budi menekankan pentingnya memilih investasi berbasis syariah, mengingat biaya haji cenderung meningkat setiap tahun.
"Sehingga tentunya sebaiknya penempatannya adalah ke instrumen investasi yang sesuai dengan kaidah syariah. Bisa tabungan haji yang punya manfaat imbal hasil secara syariah, atau produk investasi syariah seperti reksadana syariah, obligasi dan saham syariah," jelasnya.
Bersambung ke halaman selanjutnya...
Selain itu, emas juga bisa menjadi alternatif.
"Emas saat ini bisa dikatakan salah satu instrumen investasi yang paling tidak dapat menjaga nilai harta kita dari gerusan inflasi. Sebagai instrumen investasi untuk mengumpulkan dana haji, instrumen ini cukup menarik selain sesuai dengan kaidah syariah, instrumen ini juga sangat likuid," kata Budi.
Namun, ia mengingatkan agar calon jemaah berhati-hati dalam memilih tempat pembelian emas dan memperhatikan biaya jual beli serta penyimpanannya.
Kapan waktu yang tepat untuk mulai menabung haji?
Dengan waktu tunggu yang bervariasi di setiap daerah, bahkan bisa mencapai 40 tahun, disarankan untuk mendaftar haji secepat mungkin.
Andi mencontohkan jika ada orang tua yang memiliki kelebihan dana, mendaftarkan anaknya sejak kecil bisa menjadi langkah strategis.
"Karena diharapkan ketika nanti anaknya sudah dewasa, mereka tidak perlu menunggu terlalu lama lagi untuk dapat berangkat haji," ujarnya.
Budi menambahkan persiapan dana haji sebaiknya dimulai antara usia 25 hingga 35 tahun, agar bisa berangkat sebelum mencapai usia 45 tahun.
Bagaimana agar Tabungan Haji Tetap Aman dan Berkembang?
Menabung dalam jangka panjang memiliki risiko tersendiri, terutama jika tidak dikelola dengan baik.
Karena itu, menurut Budi, ada beberapa strategi yang bisa diterapkan agar dana haji tetap aman dan berkembang:
Pilih produk investasi jangka panjang yang memiliki potensi pertumbuhan nilai dalam rentang minimal 10 tahun.
Pisahkan dana haji dari dana lain, agar tidak tercampur dengan kebutuhan lain seperti pendidikan anak atau dana darurat.
Diversifikasi investasi dengan menempatkan dana di 2-3 instrumen berbeda, misalnya tabungan haji, emas, dan reksadana syariah.
Jika investasi tidak berkembang atau berisiko tinggi, segera alihkan ke instrumen lain yang lebih stabil.
Perhatikan legalitas lembaga investasi, pastikan lembaga tersebut terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk produk keuangan, atau memiliki kredibilitas tinggi jika berinvestasi dalam emas fisik.
Hindari investasi dengan iming-iming keuntungan tinggi yang tidak masuk akal, karena bisa berisiko tinggi atau bahkan merupakan skema penipuan.
komentar
Jadi yg pertama suka