Ekonomi & Bisnis
CELIOS: 23 Ribu Desa Di Indonesia Hadapi Masalah Lingkungan yang Serius
TEMPO BISNIS
| Kemarin, 21:12
1 0 0
0
TEMPO.CO, Jakarta -Center of Economic and Law Studies (Celios) mencatat sebanyak 27 persen desa di Indonesia menghadapi masalah lingkungan yang serius. Hal itu disebabkan oleh praktik ekonomi dan bisnis yang kerap kali mengekploitasi alam dan mengabaikan keberlangsungan hidup masyarakat lokal. "23 ribuan desa itu mengalami masalah yang serius, dalam hal keterkaitannya dengan ekonomi dan kegiatan bisnis," kata Director of Fiscal Justice Celios, Media Wahyudi Askar, saat merilis hasil penelitian Membangun Ekonomi Restoratif Di Desa di Kantornya, Jakarta Pusat, Selasa, 11 Maret 2025.
Media menjelaskan, 14,88 persen wilayah di Indonesia berbatasan dengan laut, dan lebih dari 24,11 persen berada di kawasan hutan. Semua itu, kata dia, mengalami kerusakkan yang parah akibat kegiatan bisnis yang tidak memperhatikan alam. Bahkan, 56 persen dari total desa yang ada di Indonesia tidak meiliki sumber mata air yang layak dan terjadi kekeringan. "Masyarakat terancam kehidupannya dalam beberapa tahun yang akan datang," kata Media, seandainya kondisi tersebut tidak segera diatasi.
Padahal, lanjut Media, lebih dari 23 ribu desa memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi ekonomi restoratif. Ekonomi restoratif merupakan kegiatan ekonomi yang tidak hanya memikirkan bagaimana caranya menghasilkan sesuatu dari alam, tetapi juga memulihkan kerusakan ekosistem yang ditimbulkan.
Misalnya, Media menambahkan, daripada menanam pohon sawit yang cukup berisiko pada ketahanan alam, pemerintah lebih baik menanam produk lokal yang tidak kalah menguntungkan seperti palawija dan karet. Dia mencatat terdapat sekitar 16 persen ekonomi desa di beberaa daerah bergantung pada komoditas palawija dan sebanyak 6 persen desa bergantung pada karet. "Bicara soal karet, ini percaya atau tidak percaya, karet ini sudah mengantarkan banyak orang menjadi sarjana," tuturnya.
Selain bisa menjaga lingkungan, Media menuturkan ekonomi restoratif juga bisa menjadi jawaban atas gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) dan pengangguran yang semakin banyak di negeri ini.
Dia berpendapat surplus tenaga kerja yang selama ini terjadi disebabkan karena ekonomi pertanian yang tuntas. "Pertanian belum maju, masyarakat sudah dipaksa pindah ke kota cari kerjaan," kata dia. "Daftar kerjaan di pabrik juga tidak keterima. Akhirnya balik lagi ke kampung."
Oleh sebab itu, Celios mendorong agar pemerintah mulai beralih pada konsep ekonomi restoratif yang diyakini lebih berkelanjutan, meskipun membutuhkan waktu lebih lama untuk bisa menikmati hasilnya. "Kalau tanam sawit lebih cepat panen dan menikmati hasilnya. Tapi ke depannya mau bagaimana kita?" ujar Media.
komentar
Jadi yg pertama suka