Ekonomi & Bisnis
Rupiah Ditutup Menguat di Rp 16.485, Besok Diprediksi Melemah
TEMPO BISNIS
| Maret 20, 2025
7 0 0
0
TEMPO.CO, Jakarta – Nilai tukar rupiah menguat 46 poin pada perdagangan sore ini, setelah sempat menyentuh penguatan 70 poin ke level Rp 16.485 per dolar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp 16.531. Meski demikian, pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi mengatakan rupiah diperkirakan akan bergerak fluktuatif dan cenderung melemah pada perdagangan esok hari, dengan kisaran Rp 16.470–Rp 16.570.
Dari dalam negeri, penguatan rupiah mendapat dorongan dari laporan realisasi APBN 2025 yang masih dalam batas aman. Pemerintah mengumumkan hingga akhir Februari 2025, APBN mengalami defisit Rp 31,3 triliun atau setara dengan 0,13 persen dari PDB. Angka ini masih jauh di bawah target defisit APBN 2025 yang dipatok sebesar Rp 612,2 triliun atau 2,53 persen dari PDB.
Secara keseluruhan, Ibrahim mengatakan realisasi belanja negara hingga Februari mencapai Rp 348,1 triliun, sementara pendapatan negara tercatat Rp 316,9 triliun. Penerimaan perpajakan, kata dia, juga menjadi sorotan setelah implementasi sistem Coretax sempat menimbulkan kendala dalam pencatatan pajak. Hingga akhir Februari, penerimaan pajak baru mencapai Rp 187,8 triliun atau 8,6 persen dari target tahunan.
Meskipun terdapat tekanan akibat penerimaan pajak yang belum optimal, Ibrahim menyebut stabilitas fiskal Indonesia masih terjaga, yang menjadi sentimen positif bagi rupiah. Dari sisi eksternal, dia menyampaikan pelaku pasar mendapat sedikit kelegaan setelah Federal Reserve AS mengumumkan tidak akan mengambil tindakan drastis terkait kebijakan moneter. “Namun, bank sentral tetap memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dan memperkirakan inflasi yang lebih tinggi,” kata dia dalam keterangan resmi, Kamis, 20 Maret 2025.
Ketidakpastian geopolitik masih menjadi faktor penekan bagi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah. Eskalasi konflik di Timur Tengah semakin meningkat setelah Israel kembali melancarkan operasi darat di Gaza dan AS melanjutkan serangan udara terhadap kelompok Houthi di Yaman. Hal ini memicu kekhawatiran terhadap stabilitas perdagangan global, terutama di jalur penting seperti Laut Merah.
Di Eropa, sinyal kemungkinan gencatan senjata antara Ukraina dan Rusia memberikan secercah harapan bagi pasar. “Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengindikasikan serangan terhadap fasilitas energi bisa segera dihentikan, yang dapat membuka peluang pelonggaran sanksi ekonomi terhadap Rusia,” ujarnya.
Dari Asia, Ibrahim mengatakan fokus pasar tertuju pada langkah-langkah fiskal dari Beijing untuk mendorong konsumsi dan pertumbuhan ekonomi. Bank Rakyat Tiongkok mempertahankan suku bunga acuan pinjaman utamanya tetap stabil, sejalan dengan ekspektasi pasar.
Meskipun hari ini rupiah berhasil menguat, Ibrahim mengatakan tekanan eksternal masih cukup besar. Perdagangan besok diperkirakan akan berjalan fluktuatif, dengan potensi rupiah ditutup melemah di rentang Rp 16.470–Rp 16.570.
Ketidakpastian geopolitik, dinamika kebijakan The Fed, serta perkembangan ekonomi global akan menjadi faktor utama yang menentukan arah rupiah dalam beberapa waktu ke depan. Pelaku pasar akan terus mencermati langkah pemerintah dalam menjaga stabilitas fiskal, terutama terkait penerimaan pajak dan pengelolaan defisit APBN.
komentar
Jadi yg pertama suka