Ekonomi & Bisnis
Rupiah Terus Melemah, Analis: Kebijakan Trump Hingga Pembentukan Danantara jadi Sentimen
TEMPO BISNIS
| 10 jam yang lalu
7 0 0
0
Pada penutupan perdagangan kemarin rupiah berada di level Rp 16.567 per dolar AS. Pengamat mata uang, Ibrahim Assuabi mengatakan pada perdagangan besok, rupiah masih diprediksi melemah. “Mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.610 - Rp 16.660 per dollar,” ucapnya lewat analisis rutinnya, Selasa, 25 Maret 2025.
Menurut Ibrahim sentimen yang mempengaruhi pergerakan rupiah besok berasal dari global dan domestik. Dari global ada kekhawatiran ekonomi di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan dunia. Musababnya, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengatakan tarif mobil akan segera diberlakukan pada April 2025. Hal ini sempat mengguncang pasar selama beberapa pekan.
Selain itu, kehati-hatian Bank Sentral AS atau Federal Reserve dalam pemangkasan suku bunga kemungkinan telah mencegah sentimen bearish atau pesimistis pasar lebih lanjut. Kemudian, Investor juga memantau pembicaraan untuk mengakhiri perang di Ukraina. Pejabat AS dan Rusia mengakhiri pembicaraan selama sehari pada Senin lalu yang difokuskan pada proposal sempit untuk gencatan senjata di laut antara Kyiv dan Moskow. Sebagai bagian dari upaya diplomatik yang diharapkan Washington akan membantu membuka jalan bagi negosiasi perdamaian yang lebih luas.
Tantangan global ditandai dengan tren proteksionisme dagang yang makin menguat ditambah berbagai variabel domestik yang juga tak mudah. Hal itu akan meyulitkan perekonomian Indonesia. “Target pertumbuhan ekonomi diatas 5 persen ditahun ini, yang digadang-gadang oleh pemerintah tinggal mimpi,” ucapnya.
Sebelumnya, Ibrahim juga menyebutkan pelemahan rupiah hari ini dari sisi domestik juga dipengaruhi beberapa hal, salah satunya pembentukan Danantara. Selain itu, ucapan Presiden Prabowo Subianto bahwa saham adalah judi atau pernyataan bahwa anjloknya IHSG tak ada hubungannya dengan masyarakat kelas bawah juga membuat frustrasi investor.
Sehingga, kata Ibrahim, banyak dana asing yang keluar dari pasar modal Indonesia. “Di sisi lain pembentukan Danantara lewat kepengurusan kemarin membuat asing kembali keluar, karena tak mau pasar modal diintervensi pemerintah. Karena mereka melihat pemerintah bakal melakukan intervensi, bahkan Bareskrim membuat statement akan mengawasi pasar modal,” ujarnya.
komentar
Jadi yg pertama suka