Ekonomi & Bisnis
Harga Ayam Anjlok, Kerugian Peternak Ditaksir Rp 86,4 Miliar per Pekan
TEMPO BISNIS
| April 19, 2025
4 0 0
0
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Ombudsman Yeka Hendra Fatika mengungkap harga ayam hidup (livebird) anjlok usai Lebaran. Ia menaksir kerugian peternak dari harga ayam hidup yang terjun bebas ini mencapai Rp 86,4 miliar per pekan.
Anjloknya harga ayam hidup ini dikeluhkan oleh para peternak di Jawa Barat. Pada 7-11 April 2025, harga ayam hidup Rp 11 ribu hingga Rp 12 ribu per kilogram, kemudian pada 14-16 April 2025 naik menjadi Rp 13 ribu hingga Rp 14 ribu per kilogram. Padahal, menurut Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 6 Tahun 2024, harga acuan penjualan ayam hidup sebesar Rp 23 ribu hingga Rp 35 ribu per kilogram.
"Jika dibandingkan dengan harga acuan, ada selisih kerugian setidaknya Rp 9.000 per kilogram livebird. Kerugian para peternak mandiri dengan populasi 6 juta ekor, dengan berat rata-rata per ekor ayam hidup 1,6 kilogram, jumlah produksi Rp 9,6 juta kg per minggu maka estimasi kerugian tiap minggunya mencapai Rp 86,4 miliar," ujar Yeka dalam keterangan tertulis, Jumat, 18 April 2025.
Yeka memprediksi, kerugian ini dapat berlanjut hingga akhir Mei 2025 mencapai Rp 691,2 miliar jika tak ada langkah intervensi dari pemerintah. Karena itu, ia meminta pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian dan Bapanas agar segera mengintervensi harga ayam hidup.
Menurut Yeka, pemerintah dapat menyerap kelebihan produksi ayam hidup untuk menjadi cadangan pangan nasional. Stok ini dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Dengan begitu, kerugian peternak dapat dicegah.
Selain itu, Yeka mengatakan, pemerintah dapat berkoordinasi dengan seluruh pelaku usaha terutama perusahaan breeding dan feedmill agar ikut berpartisipasi melakukan penyerapan produksi ayam hidup.
Yeka juga meminta Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian meningkatkan kompetensi pengawasan untuk memastikan Setting Hatching Record (SHR) ayam hidup setiap minggu dilaksanakan sehingga tidak melebihi jumlah permintaan. SHR ayam hidup merupakan pengaturan atau catatan penetasan untuk mengelola produksi ayam hidup.
Yeka menilai, jatuhnya harga ayam hidup saat ini karena pemerintah tidak mampu mengontrol SHR Day Old Chicken (DOC) atau ayam yang baru menetas setiap minggu. Idealnya, pemerintah memiliki kemampuan untuk mengawasi dan mengevaluasi SHR sehingga SHR aktual di lapangan mendekati jumlah permintaan DOC.
"Jumlah permintaan DOC per minggu berkisar 60 hingga 65 juta ekor. Pada Maret 2025, SHR mencapai 70 juta ekor per minggu, sehingga melebihi jumlah permintaan atau oversupply," ucap Yeka.
Sedangkan salah satu penyebab peternak maupun pelaku usaha meningkatkan jumlah produksi ayam hidup karena pada Februari 2025 harga DOC mencapai Rp 7.000 hingga Rp 8.500 per ekor. Namun, saat ini harga DOC hanya Rp 500 karena oversupply.
komentar
Jadi yg pertama suka