Ekonomi & Bisnis
Kentaro Ogawa, Berhasil Punya Harta Rp57 T Berkat Jualan Nasi
CNN EKONOMI
| Kemarin, 11:07
4 0 0
0
Jakarta, CNN Indonesia --
Beberapa di antaranya bahkan bisa mengalahkan sajian modern. Bahkan membuat pemiliknya menjadi kaya raya. Begitu juga yang terjadi pada Kentaro Ogawa.
Berjualan gyudon, salah satu makanan khas tradisional Jepang yang berisi semangkuk nasi dan daging sapi, Ogawa berhasil mengalahkan dominasi makanan cepat saji hamburger.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, karena jualan nasi tersebut, Ogawa berhasil memiliki kekayaan melimpah. Forbes mencatat Ogawa memiliki kekayaan US$3,5 miliar atau Rp57,02 triliun (kurs Rp16.294 per dolar AS)
Kekayaan itu menempatkannya jadi orang paling tajir nomor 14 di Jepang.
Lalu, siapa Kentaro Ogawa?
Sejatinya tidak banyak informasi pribadi yang bisa digali mengenai sosok Kentaro Ogawa, baik soal katar belakang keluarga hingga lika-liku perjalanan hidupnya dari masa kecil hingga sekaya raya seperti sekarang ini.
Yang terlacak; ia lahir pada 29 Juli 1948 di Jepang. Di masa muda, Ogawa pernah kuliah di Universitas Tokyo pada era 1960-an. Saat jadi mahasiswa ia merupakan sosok yang kritis dan aktif berorganisasi.
Ia juga pernah jadi seorang demonstran saat mahasiswa. Namun, pandangan ideologinya membuat Ogawa keluar dari sekolah terbaik di Jepang kala itu.
Setelahnya, Ogawa menjadi pekerja galangan kapal dan aktivis serikat buruh. Namun, pekerjaan itu tak lama dilakoninya.
Ia lalu melanjutkan petualangan hidupnya dengan bekerja di restoran cepat saji Yoshinoya.
Namun, dalam waktu lima tahun, ia banting setir dan memilih buka usaha sendiri. Bermodal 5 juta yen, ia mendirikan Zensho, perusahaan jasa makanan di Prefektur Kanagawa, Jepang.
Mimpi utamanya saat membangun perusahaan itu adalah menciptakan infrastruktur pangan yang dapat menjamin makanan yang aman dan terjangkau bagi semua orang.
Selain itu, ia juga mempunyai dua misi resmi dalam mendirikan Zensho; menciptakan dunia yang bebas dari kelaparan dan kemiskinan serta menjadi perusahaan makanan terkemuka di dunia.
Produk makanan pertama yang dijualnya adalah nasi kotak makan siang. Restorannya makin berkibar.
Hanya dalam waktu empat bulan, Ogawa langsung melakukan ekspansi dengan membuka restoran Sukiya (Gyudon) di dalam gedung pertamanya di Tsurumi-ku, Yokohama, Prefektur Kanagawa.
Sukiya inilah yang kemudian mengubah peruntungannya. Pasalnya, setelah dibuka, dengan cepat Sukiya meraih popularitas di seluruh Jepang.
Popularitas itu ditopang menu gyudon mereka yang murah dan cepat.
Dalam waktu singkat, Sukiya berhasil menjadi pesaing utama Yoshinoya dan Matsuya di sektor mangkuk daging sapi cepat saji.
Pangsa pasar gyudon perusahaannya di Jepang melesat menjadi 67 persen dalam waktu lima tahun, mengalahkan Yoshinoya.
Namun pencapaian besar itu tak membuatnya berpuas diri. Menjadi besar di Jepang saja menurutnya tidak lagi cukup.
Apalagi bila melihat profil demografi Jepang yang kian memburuk dan kemungkinan akan membatasi prospek pertumbuhan di dalam negeri.
Karena itulah, Ogawa melakukan ekspansi ke luar negeri, khususnya di Tiongkok. Awalnya, Zensho memiliki 13 restoran Sukiya, kalah jauh dibandingkan dengan Yoshinoya yang memiliki lebih dari 250 gerai di Tiongkok dan Hong Kong.
Tak hanya di China, Zensho juga agresif berekspansi ke Amerika Serikat hingga Brasil.
Sepanjang tahun 1990-an dan 2000-an, Zensho berekspansi secara agresif, membuka ribuan lokasi Sukiya dan mengakuisisi atau meluncurkan merek restoran lain, baik dalam kategori santapan kasual maupun keluarga.
Portofolionya berkembang hingga mencakup jaringan restoran seperti Coco's Japan, Big Boy, Nakau (menawarkan udon dan mangkuk nasi), Hanaya Yohei (sushi), dan Jolly-Pasta, yang memungkinkan perusahaan untuk memasuki berbagai segmen pasar di luar gyudon.
Dengan ekspansi itu, Ogawa bertekad pangsa penjualan luar negeri melesat menjadi 20 persen dalam waktu lima hingga sepuluh tahun. Mimpinya terwujud.
Zensho terus membesar. Mengutip Forbes, Pada 2017 lalu, rantai restoran konter makan siang 24 jam miliknya, Sukiya yang mengkhususkan diri dalam layanan cepat gyudon dengan harga hanya US$3 per porsi semakin cuan.
Berkat kinerja itu, perusahaan induk Sukiya, Zensho, meraup pendapatan tahunan sekitar US$4,7 miliar.
Pendapatan sebagian besar diraup di Jepang. Pendapatan lebih banyak daripada yang diperoleh McDonald's.
Pada tiga bulan pertama 2025, penjualan tahunan Zensho melesat 17,7 persen menjadi 1,136 triliun yen.
Pencapaian itu membuat Zensho menjadi restoran pertama di Jepang yang kinerja penjualannya melampaui lebih dari 1 triliun yen.
(pta/agt/bac)
komentar
Jadi yg pertama suka