Cari Berita
Tips : hindari kata umum dan gunakan double-quote untuk kata kunci yang fix, contoh "sakura"
Maksimal 1 tahun yang lalu
Ekonomi & Bisnis
Tips Membaca dan Memilih Saham yang Potensi Cuan
TEMPO BISNIS   | Juni 17, 2025
12   0    0    0
TEMPO.CO, Jakarta - Berinvestasi di pasar saham menawarkan potensi keuntungan yang besar, namun juga disertai dengan risiko yang tidak sedikit. Meskipun sudah memanfaatkan jasa analis profesional, tidak jarang investor mengalami fluktuasi hasil: hari ini untung, esok bisa saja buntung.
Pemahaman yang kuat tentang cara membaca pasar dan memilih saham jangka panjang menjadi hal yang penting, terutama bagi mereka yang baru memulai investasi.

Investasi Saham Tak Sekadar Menaruh Uang

Banyak orang berasumsi bahwa investasi saham cukup dengan membeli dan menunggu nilainya naik. Padahal, menurut Forbes Advisor, keberhasilan dalam berinvestasi jangka panjang memerlukan perencanaan dan strategi yang matang. Beberapa hal mendasar harus diperhatikan sebelum benar-benar terjun ke dalam pasar saham.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Mengatur Keuangan Pribadi Secara Menyeluruh
Taylor Schulte, seorang perencana keuangan bersertifikat di San Diego, menyarankan agar calon investor terlebih dahulu melakukan pengaturan keuangan pribadi secara menyeluruh sebelum membentuk portofolio investasi. Langkah awalnya mencakup pencatatan aset, pengelolaan utang, serta penyediaan dana darurat.
Langkah ini penting untuk memastikan bahwa investor tidak akan tergoda menarik dana lebih awal dari investasi jangka panjangnya. Jika saham dijual sebelum waktunya karena kebutuhan mendesak, bukan hanya berisiko merugi, tetapi juga bisa dikenakan pajak yang lebih tinggi.
2. Menetapkan Tujuan dan Tenggat Waktu Investasi
Setiap individu memiliki tujuan yang berbeda dalam berinvestasi, seperti persiapan dana pensiun, membangun rumah, atau membiayai pendidikan anak. Menurut Derenda King, manajer kekayaan dari California, mengetahui waktu dan tujuan akhir investasi membantu investor dalam menentukan tingkat risiko yang bisa ditoleransi.
Sebagai contoh, jika seseorang berinvestasi untuk biaya kuliah anak dalam 18 tahun mendatang, maka orang tua tersebut bisa memilih portofolio dengan tingkat risiko lebih tinggi di awal periode.
3. Menentukan Strategi Investasi dan Konsisten
Stacy Francis, CEO dari Francis Financial, menyarankan agar investor membagi strategi investasi berdasarkan jangka waktu. Untuk tujuan investasi dalam jangka 5-15 tahun, investor bisa mengalokasikan 50-60 persen pada saham dan sisanya pada obligasi. Sementara itu, untuk rencana jangka panjang lebih dari 30 tahun, investor bisa mengambil pendekatan lebih agresif, dengan porsi saham mencapai 85-90 persen.
4. Memahami Risiko dari Setiap Aset
Saham merupakan jenis investasi yang memiliki tingkat risiko tinggi. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk mengetahui kapan harus mengurangi porsi saham dalam portofolionya, terutama ketika mendekati waktu pencairan dana. Memahami risiko akan membantu menghindari keputusan emosional saat harga saham turun.
5. Melakukan Diversifikasi Portofolio
Diversifikasi aset menjadi langkah krusial dalam mengurangi risiko. Investor sebaiknya menyebarkan dana ke berbagai jenis saham dan instrumen keuangan lainnya seperti obligasi. Beberapa jenis saham yang dapat dipertimbangkan antara lain:
- Saham perusahaan besar (large-cap): kapitalisasi pasar lebih dari US$10 miliar.
- Saham perusahaan menengah (mid-cap): kapitalisasi antara US$2-10 miliar.
- Saham perusahaan kecil (small-cap): kapitalisasi di bawah US$2 miliar.
- Saham pertumbuhan (growth stocks): memiliki harga pasar di atas nilai perusahaan.
- Saham nilai (value stocks): dijual di bawah nilai wajar perusahaan.

6. Memperhatikan Biaya Investasi
Sering kali investor mengabaikan biaya yang dikenakan dalam investasi. Padahal, biaya seperti rasio pengeluaran tahunan, fee penasihat keuangan, dan biaya platform investasi dapat menggerus hasil keuntungan. Disarankan memilih produk investasi dengan rasio pengeluaran di bawah 0,5% per tahun. Sebagai alternatif lebih murah, investor bisa menggunakan jasa penasihat keuangan digital (robo-advisor) dengan kisaran biaya 0-0,25 persen.
7. Meninjau Strategi Investasi Secara Berkala
Langkah penting lainnya adalah melakukan evaluasi portofolio secara rutin, misalnya setiap tiga bulan atau setidaknya setahun sekali. Dengan begitu, investor bisa mengetahui apakah strategi yang dijalankan masih sesuai dengan tujuan keuangan dan kondisi pasar terkini.

Membaca Tren Pasar: Bullish dan Bearish

Dalam membaca pasar saham, penting juga memahami pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Ketika IHSG mengalami tren naik atau bullish (biasanya ditandai dengan warna hijau), seperti dari 6.500 ke 6.800, ini menandakan sentimen pasar positif.
Pada kondisi ini, investor bisa mempertimbangkan untuk menjual saham guna merealisasikan keuntungan, atau memilih tetap memegang saham tersebut dengan harapan harga akan terus naik.
Sebaliknya, ketika IHSG mengalami tren turun atau bearish (berwarna merah), seperti dari 6.800 ke 6.500, maka pasar cenderung menurun. Kondisi ini bisa menjadi peluang untuk membeli saham yang nilainya sedang menurun atau undervalued, dengan harapan akan pulih di masa depan. Misalnya, saham yang sebelumnya berada di harga Rp1.500 dan turun ke Rp1.200, bisa menjadi pilihan menarik jika fundamental perusahaan masih kuat. 

Melynda Dwi Puspita
berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
komentar
Jadi yg pertama suka