Ekonomi & Bisnis
Profil Grup Djarum yang Borong Saham Rumah Sakit Hermina
TEMPO BISNIS
| 18 jam yang lalu
5 0 0
0
TEMPO.CO, Jakarta - Salah satu perusahaan paling besar di Indonesia adalah Grup Djarum yang sudah berdiri semenjak 21 April 1951. Nama grup ini kembali naik, setelah menggelontorkan Rp 1 triliun untuk membeli saham Rumah Sakit atau RS Hermina.
Grup ini sebenarnya adalah usaha rokok kretek yang dimulai oleh Oei Wie Gwan yang membeli usaha kretek rumahan di Kudus. Setelah membelinya selama 1 tahun, Oei Wie menjadikan produksi rumahan tersebut sebagai sebuah perusahaan berbentuk PT dan mulai beroperasi sebagai sebuah pabrik dengan mempekerjakan sepuluh orang.
Perjalanan PT. Djarum sebagai industri rokok kretek mulai berjalan dan berhasil menjadi salah satu produsen kretek paling besar di Indonesia dengan produk-produk rokoknya yang laku di pasar nasional dan juga mancanegara.
Hartono Bersaudara
Selama Oei Wie Gwen hidup, ia ikut turut melinting kretek di lantai bersama karyawannya. Ia hidup bukan hanya sebagai pemilik, tetapi juga ikut menjaga konsistensi rasa kreteknya.
Pada tahun 1963, ia meninggal dunia dan untuk menjaga ketahanan bisnis yang sudah ia bangun, ia mewariskan PT Djarum kepada kedua anaknya, Hartono bersaudara yaitu Michael Bambang Hartono dan Robert Hudi Hartono. Keduanya kompak untuk memajukan usaha ini, tahun 1972 mereka mulai melakukan pengeksporan rokok sampai tahun 1981 mereka meluncurkan Djarum Super, jenama rokok pertama mereka.
Duo Hartanto ini berhasil untuk mempromosikan produk-produk kretek mereka. Saat ini, produk-produk Djarum sudah tersebar di lima benua, dengan pasar utama berada di Australia, Eropa Barat, Eropa Timur, Asia Timur, Asia Tenggara, Timur Tengah, Amerika Utara, dan Amerika Selatan. Produk rokok mereka berkembang, bukan lagi hanya kretek, mereka mulai memproduksi rokok dengan rasa saus yang berbeda seperti L.A. Lights Menthol.
Pelebaran Sayap Bisnis Djarum
Setelah sukses dalam penjualan rokok, Djarum di tangan Duo Hartanto, PT Djarum masuk ke dalam tangan generasi ketiga. Ada 3 orang yang menjadi kunci dalam perluasan ekspansi bisnis perusahaan ini, yakni, Victor Rachmat Hartono, Martin Basuki Hartono dan Armand Wahyudi Hartono.
Mereka bertiga adalah anak-anak dari Michael Hartono dan Budi Hartono. Mereka membagi-bagi pekerjaannya seiring dengan menggurita di berbagai sektor. Victor misalany, ia menjabat sebagai Direktur Operasi PT Djarum dan sebagai Presiden Direktur Djarum Foundation sebagai lini filantropi tanggung jawab sosial grup ini.
Kemudian, Martin memegang sektor digital lewat jabatannya sebagai CEO PT GDP Venture dan Direktur Teknologi Bisnis inti PT Djarum. Armand sendiri menjabat sebagai Wakil Presiden Direktur PT Bank Central Asia (BCA) Tbk.
Grup Djarum juga memiliki banyak gurita bisnis, misalnya dalam bidang finansial, PT BCA bukan satu-satunya ladang mereka, masih ada PT Daya Network Lestari.
Kemudian mereka juga menggurita dalam bisnis properti dengan anak perusahaan, berupa PT Cipta Karya Bumi Indah, PT Fajar Surya Perkasa, PT Graha Padma Internusa, PT Inti Karya Bumi Indah, dan PT Nagaraja Lestari. Gurita bisnis properti ini juga dilanjutkan dalam ranah pelayanan dengan mengelola Padma Hotels and Resorts serta mengelola Grand Indonesia dan Margo City sebagai pusat perbelanjaan.
Grup Djarum juga melakukan konsorsium dengan investor Singapura, mereka berinvestasi di Moduit, platform investasi wealth-tech. Niatan mereka untuk berkembang dalam industri teknologi juga terlihat dengan kepemilikan platform e-commerce mereka Blibli.
Mereka juga memiliki retail kendaraan PT Supra Boga Lestari Tbk., retail elektronik PT Hartono Istana Teknologi (Polytron) dan layanan hiburan Mola TV. Grup ini juga memiliki layanan infrastruktur telekomunikasi sendiri, yakni PT Sarana Menara Nusantara Tbk. dan PT Solusi Tunas Pratama Tbk..
Grup Djarum juga ikut dalam bisnis perkebunan lewat perusahaan-perusahaan mereka, PT Bukit Muria Jaya, PT Fajar Surya Swadaya, PT Hartono Plantation Indonesia, PT Muria Sumba Manis, dan PT Silva Rimba Lestari. Saat ini, melalui bantuan PT Dwimuria Investama Andalan, perusahaan ini menggurita ke dalam industri kesehatan lewat pengakuisisian RS Hermina pada Rabu, 25 Juni 2025.
komentar
Jadi yg pertama suka