Cari Berita
Tips : hindari kata umum dan gunakan double-quote untuk kata kunci yang fix, contoh "sakura"
Maksimal 1 tahun yang lalu
Ekonomi & Bisnis
Jenis-jenis Baterai Listrik yang Lazim Dipakai di Kendaraan Listrik
TEMPO BISNIS   | Juli 2, 2025
13   0    0    0
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto meresmikan groundbreaking proyek Ekosistem Industri Baterai Listrik Terintegrasi di Karawang, Jawa Barat, pada Minggu, 29 Juni 2025. Proyek strategis ini dikembangkan oleh PT Aneka Tambang Tbk. (ANTAM), Indonesia Battery Corporation (IBC), dan konsorsium perusahaan asal Cina, CATL, Brunp, serta Lygend (CBL).
Pengembangan ekosistem baterai dari hulu ke hilir ini terdiri dari enam subproyek, dengan lima berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara, dan satu proyek utama di Karawang.
Berikut berbagai jenis baterai yang saat ini digunakan dalam kendaraan listrik (EV). Masing-masing memiliki karakteristik, kelebihan, dan tantangan tersendiri dalam hal performa, umur pakai, efisiensi energi, dan keberlanjutan.
1. Baterai Lithium-Ion
Dilansir dari Department of Energy milik Amerika Serikat, saat ini, baterai lithium-ion merupakan jenis yang paling umum digunakan dalam kendaraan listrik, baik itu mobil listrik penuh (BEV) maupun plug-in hybrid (PHEV). Keunggulan utama dari baterai ini terletak pada kepadatan energi yang tinggi, memungkinkan kendaraan menempuh jarak lebih jauh dalam satu kali pengisian.
Selain itu, baterai lithium-ion juga dikenal memiliki umur panjang, rasio daya terhadap berat yang tinggi, serta performa yang baik dalam suhu tinggi. Tingkat self-discharge-nya pun rendah, menjadikannya efisien untuk penyimpanan energi jangka panjang. Namun demikian, baterai ini memiliki biaya produksi yang masih relatif tinggi dan menghadapi tantangan dalam proses daur ulang, terutama karena penggunaan material seperti kobalt. 
2. Baterai Nickel-Metal Hydride (NiMH)
Baterai NiMH telah lama digunakan pada kendaraan hybrid seperti Toyota Prius generasi awal. Jenis baterai ini memiliki siklus hidup lebih panjang dibandingkan baterai timbal-asam dan dikenal tahan terhadap penyalahgunaan serta tidak mudah terbakar. 
Namun, baterai NiMH juga memiliki sejumlah kekurangan, di antaranya biaya produksi yang tinggi, tingkat self-discharge yang lebih besar, serta kecenderungan menghasilkan panas berlebih saat suhu lingkungan tinggi. Selain itu, pengelolaan terhadap potensi kebocoran hidrogen menjadi aspek teknis yang harus diperhatikan. Meskipun demikian, NiMH tetap menjadi pilihan populer pada beberapa tipe kendaraan hybrid karena kestabilannya.
3. Baterai Timbal-Asam (Lead-Acid)
Sebagai teknologi tertua dalam dunia baterai, baterai timbal-asam masih digunakan hingga kini, terutama untuk fungsi tambahan atau sistem darurat dalam kendaraan listrik. 
Keunggulan baterai listrik ini antara lain adalah harganya yang murah, kemudahan dalam proses daur ulang, serta tingkat keamanan dan keandalan yang baik. Namun, kapasitas penyimpanannya tergolong rendah, performanya menurun drastis dalam suhu dingin, dan usia pakainya relatif pendek. 
Di industri kendaraan, baterai timbal-asam lebih sering digunakan untuk sistem stop-start pada kendaraan konvensional maupun EV, bukan sebagai sumber daya utama untuk penggerak motor listrik.
4. Ultrakapasitor (Ultracapacitor)
Meski tidak termasuk baterai konvensional, ultrakapasitor semakin dilirik sebagai pelengkap dalam sistem penyimpanan energi kendaraan listrik. Ultrakapasitor bekerja menyimpan energi di antara elektroda dan elektrolit ketika tegangan diterapkan. 
Walau memiliki kepadatan energi yang rendah, keunggulannya terletak pada kemampuannya mengalirkan daya dalam jumlah besar dalam waktu singkat. Oleh karena itu, ultrakapasitor ideal digunakan untuk mendukung kendaraan saat akselerasi atau ketika mendaki, serta sangat efektif dalam menyimpan kembali energi dari proses pengereman. Kombinasi antara baterai utama dan ultrakapasitor dapat membantu menstabilkan performa kendaraan dan memperpanjang umur baterai utama.
komentar
Jadi yg pertama suka