Cari Berita
Tips : hindari kata umum dan gunakan double-quote untuk kata kunci yang fix, contoh "sakura"
Maksimal 1 tahun yang lalu
Ekonomi & Bisnis
Pentingnya Insentif Bisnis Mencegah Penurunan Belanja Masyarakat
TEMPO BISNIS   | Kemarin, 18:25
3   0    0    0
TEMPO.CO, Jakarta - Office of Chief Economist PT Bank Mandiri Tbk menyebutkan secara umum pertumbuhan belanja pada 2025 lebih rendah dibandingkan 2024. Data Mandiri Spending Index (MSI) menunjukkan belanja masyarakat meningkat terbatas dan di beberapa daerah melambat.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan pemerintah perlu memberikan insentif untuk mendorong daya beli masyarakat. Insentif ini di luar beberapa stimulus ekonomi yang telah diluncurkan untuk mendorong ekonomi pada kuartal II 2025. “Kebijakan menjaga daya saing bisnis menjadi salah satu langkah strategis untuk mencegah semakin banyaknya PHK yang dapat menurunkan daya beli masyarakat,” kata Andry dalam Daily Economic and Market Review, dikutip Ahad, 6 Juli 2025. 
Andry mengatakan data MSI menunjukkan belanja masyarakat meningkat terbatas pada momen libur sekolah. Rata-rata kenaikan belanja selama dua pekan pertama libur sekolah 2025 terhadap periode libur hanya 2,2 persen. Kondisi ini lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada 2024 sebesar 3,0 persen dan 2023 sebesar 2,9 persen. 
Di sisi lain, Andry mengatakan belanja di Jawa meningkat terbatas, sedangkan Bali dan kawasan Nusa Tenggara tumbuh lebih lambat. Secara spasial, belanja di periode awal libur sekolah meningkat di semua wilayah. Kenaikan tertinggi di Sulawesi 3,5 persen, diikuti Maluku dan Papua 2,9 persen, Jawa 2,1 persen, Sumatera 2,0 persen, Kalimantan 1,9 persen, dan Balnusra 1,9 persen. “Secara umum pertumbuhan belanja di 2025 lebih rendah dibandingkan di 2024,” kata Andry. 
Andry menambahkan, rata-rata pertumbuhan mingguan MSI di periode pra-Ramadan 2024 mencapai 1,2 persen (WoW), lebih tinggi dibanding pertumbuhan di periode yang sama pada 2025 sebesar 0,9 persen (WoW). “Untuk periode pasca-Ramadan, pertumbuhan di 2024 tercatat sebesar -0,2 persen, sedikit lebih baik dibanding pertumbuhan di 2025 -0,3 persen (WoW),” kata Andry. 
Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 akan lebih rendah setelah Kementerian Keuangan memangkas jumlahnya menjadi 5 persen. “Realitasnya akan lebih rendah,” kata peneliti (INDEF) Esther Sri Astuti, dalam sesi diskusi yang disiarkan secara daring melalui YouTube, Selasa, 2 Juli 2025.
Menurut Esther, kondisi itu bisa terjadi karena adanya defisit fiskal sebesar 2,78 persen pada semester awal tahun ini.
Esther menyatakan melambungnya defisit fiskal akan berdampak terhadap porsi pembayaran utang terhadap produk domestik bruto (PDB). Ia memprediksi porsi pembayaran utang terhadap PDB akan naik menjadi 40 persen. “Ini tidak sekadar tekanan fiskal, tetapi ada multiplier effect yang sangat luar biasa,” ujar dia. 
Ia juga menyoroti potensi berkurangnya belanja kementerian/lembaga dan transportasi daerah. “Hal ini tidak hanya dirasakan oleh nasional, tetapi juga daerah.” Menurutnya target pertumbuhan ekonomi 8 persen tidak akan terwujud apabila pemerintah terus-menerus mengeluarkan kebijakan yang bersifat kontraktif.
komentar
Jadi yg pertama suka