Cari Berita
Tips : hindari kata umum dan gunakan double-quote untuk kata kunci yang fix, contoh "sakura"
Maksimal 1 tahun yang lalu
Ekonomi & Bisnis
Mengenal Mesin EDC yang Lazim dalam Banyak Transaksi Non Tunai
TEMPO BISNIS   | Juli 10, 2025
10   0    0    0
TEMPO.CO, Jakarta - Kasus dugaan korupsi dalam pengadaan perangkat Electronic Data Capture atau EDC di PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) tengah diselidiki Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Lembaga antirasuah itu memperkirakan kerugian negara mencapai Rp 700 miliar dari total anggaran pengadaan sebesar Rp 2,1 triliun. Meski masih bersifat sementara, angka tersebut disebut sebagai nilai potensi kebocoran hingga 30 persen dari nilai proyek. KPK juga akan menggandeng BPK dan BPKP untuk mengkalkulasi secara resmi kerugian negara dalam perkara yang diduga terjadi sepanjang 2020 hingga 2024.
Sebagai bagian dari penyidikan, KPK telah menyita sejumlah dokumen, barang bukti elektronik, dan tabungan dari penggeledahan di dua kantor pusat BRI di Jakarta. Sebanyak 13 orang dicegah ke luar negeri demi memperlancar proses hukum. Meski belum diumumkan siapa saja yang menjadi tersangka, KPK menyatakan proses pemeriksaan terus berjalan dan konstruksi perkara akan disampaikan ke publik setelah bukti dinilai cukup. Temuan sementara berupa catatan keuangan disebut membuka peluang untuk menelusuri aliran dana dan mengungkap peran-peran penting dalam dugaan korupsi ini.

Apa Itu Mesin EDC?

Seperti dinukil dari laman Bank Jombang, mesin transaksi EDC atau Electronic Data Capture merupakan perangkat yang digunakan untuk memproses transaksi dan pembayaran non-tunai, dengan cara memasukkan atau menggesek kartu ATM, debit, atau kredit hingga scan QR dengan QRIS. Mesin ini memungkinkan transaksi dilakukan antar bank maupun dalam satu ban  serta biasanya dilengkapi dengan fitur pembayaran lain yang terhubung secara real-time.
Adapun cara kerja mesin EDC tidak begitu rumit. Begitu pelanggan menyerahkan kartu debit atau kredit, kasir akan menggesek atau memasukkannya ke dalam mesin, lalu mengetikkan nominal belanja. Selanjutnya, pelanggan diminta memasukkan PIN sebagai langkah verifikasi. Mesin lantas memproses data tersebut dan mengirimkannya ke server bank dalam hitungan detik. Jika otorisasi disetujui, transaksi dinyatakan sah dan mesin akan mencetak struk sebagai bukti pembayaran. Proses yang ringkas ini telah menjadi bagian krusial dalam transaksi digital di berbagai lini usaha.
Tak hanya untuk gesek kartu, saat ini mesin EDC juga bisa melayani pembayaran lewat QRIS. Dengan dukungan sistem ini, pelanggan cukup membuka aplikasi dompet digital atau mobile banking, lalu memilih menu “Scan QR”. Kamera ponsel diarahkan ke kode QR yang muncul di layar EDC. Setelah memasukkan nominal, transaksi dikonfirmasi lewat PIN atau biometrik seperti sidik jari. Tak butuh waktu lama, mesin akan mencetak struk berisi rincian pembayaran dari jumlah yang dibayarkan hingga waktu transaksi.

Tiga Jenis Mesin EDC

Seperti dilansir dari laman Cimb Niaga, tak semua mesin EDC diciptakan sama. Di Indonesia, perangkat penerima transaksi non-tunai ini umumnya terbagi dalam tiga jenis, menyesuaikan kebutuhan dan skala usaha. 
  1. EDC Fixed Line
    EDC dengan jenis klasik yang mengandalkan sambungan telepon kabel dan aliran listrik. Meski tak bisa dibawa ke mana-mana, stabilitas jaringan menjadi keunggulannya. Mesin jenis ini masih banyak dipakai oleh toko dan restoran untuk transaksi harian.
  2. EDC GPRS
    Lebih ringan dan fleksibel. Jenis mesin satu ini terhubung ke server bank lewat jaringan seluler. Cocok untuk bisnis yang mobilitasnya tinggi. Namun, kekurangannya ada pada keandalan sinyal. Apabila sinyal tidak stabil, transaksi pun bisa terganggu.
  3. EDC GPRS Mobile
    Jenis EDC ini termasuk versi hibrida yang bisa berganti mode antara kabel dan jaringan seluler. Mesin satu ini dinilai lebih fleksibel dan menjadi andalan bisnis berskala besar seperti ritel dan restoran berjejaring. Meskipun harga mesinnya lebih mahal, tetapi pengguna juga mendapat teknologi lebih canggih dan dukungan koneksi ganda.
Penggunaan mesin EDC ini memberi sejumlah keuntungan bagi para pelaku usaha. Pertama, proses transaksi jadi lebih cepat tanpa repot menghitung uang tunai atau mencari kembalian, sangat membantu saat jam-jam sibuk ketika antrean mengular. Efisiensi ini berdampak langsung pada kenyamanan pembeli yang bisa menikmati pengalaman belanja lebih praktis dan efisien. Keamanan pun meningkat sebab minimnya peredaran uang tunai di lokasi usaha mengurangi risiko pencurian, sementara setiap transaksi tercatat rapi secara digital. 
komentar
Jadi yg pertama suka