Ekonomi & Bisnis
Bukan Cuma 8 Persen, Prabowo Ternyata Mau Terbangkan Ekonomi 10 Persen
CNN EKONOMI
| Oktober 24, 2024
9 0 0
0
Jakarta, CNN Indonesia --
Presiden Prabowo Subianto ternyata mematok target pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih besar dari 8 persen per tahun, yakni mencapai 10 persen.
Ini diungkapkan oleh sang adik, Hashim Djojohadikusumo. Ia menegaskan angka 8 persen yang ditetapkan Prabowo adalah batas minimum.
"Sebenarnya Prabowo bilang (pertumbuhan ekonomi) 8 persen itu minim, it's minimum target. Kita mau 10 persen sebetulnya," ungkap Hashim dalam Dialog Ekonomi di Menara Kadin, Jakarta Selatan, Rabu (23/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi kalau kita sebut 8 persen sudah diejek, betul gak? Bangsa Indonesia dianggap bangsa inferior oleh Vietnam," imbuhnya.
Bahkan, Hashim membandingkan Indonesia yang kalah kelas dari Kamboja. Ia menyebut negeri ini masih tertinggal dari Kamboja yang sanggup mencatatkan revenue ratio di 18 persen, sedangkan Indonesia cuma 12,7 persen.
Hashim mempertanyakan mengapa sampai ada celah 5 persen yang dialami Indonesia. Ia menyimpulkan kuncinya adalah penerimaan negara yang harus digenjot.
"Saya mau sampaikan, Indonesia, revenue ratio kita sangat rendah, 12,7 persen. (Sedangkan) Vietnam 23 persen, 10 persen itu kita kekurangan penerimaan negara," tuturnya.
"Nah, di Asta Cita ke-8 itu disebut (tax ratio) 23 persen. Indonesia akan ikut 23 persen, itu masukan dari saya ke Asta Cita dan itu disetujui. Rencana pemerintah kita akan (menaikkan tax ratio) dari 12,7 persen ke 23 persen," sambung Hashim.
Adik Prabowo itu mulai berhitung. Ia mencatat produk domestik bruto (PDB) Indonesia sekarang berada di posisi Rp22 ribu triliun, di mana sebenarnya masih bisa ditambah.
Ia menyebut pemerintahan Prabowo bisa menambah sekitar 2 persen-3 persen dari PDB hingga akhir tahun ini. Hashim membeberkan sumbernya bermacam-macam.
"Saya sebut dapat uang dari pengusaha nakal, ada carbon credit, kebocoran-kebocoran dari dunia maya dan sebagainya akan kita tutupi. Termasuk kegiatan yang tidak baik akan nanti kita tutup. Itu kita hitung bisa dapat tambahan 2 persen-3 persen dari gross domestic product (GDP)," jelas Hashim.
"Satu persen dari GDP kan Rp220 triliun, GDP kita Rp22 ribu triliun. Dua persen itu Rp440 triliun, tiga persen itu Rp660 triliun. So, kita dengan beberapa langkah sudah bisa dapat 2 persen dan saya yakin (ada tambahan) 3 persen-4 persen tahun depan (2025)," ucapnya.
Selain itu, ada tambahan lain dari sektor perumahan. Ia mencatat sektor tersebut selama ini menyumbang 14 persen dari PDB dan akan meningkat lagi sekitar 1,5 persen.
(skt/agt)
komentar
Jadi yg pertama suka