Ekonomi & Bisnis
Anggota DEN: Tanpa Energi Nuklir, Indonesia Sulit Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
TEMPO BISNIS
| Desember 10, 2024
21 0 0
0
TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Pemangku Kepentingan Dewan Energi Nasional (DEN) Agus Puji Prasetyono mengatakan Indonesia sulit mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen seperti yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto tanpa menggunakan energi nuklir.
Agus menyatakan bahwa Indonesia perlu segera beralih ke energi bersih. Menurut perhitungannya, puncak emisi energi di Indonesia diperkirakan akan terjadi pada tahun 2035 atau 2040. "Karena sekarang kita masih menggunakan energi yang masih unsur fosilnya itu banyak, emisinya besar. Tetapi nanti tahun 2035, 2040 itu akan turun disebabkan pertumbuhan dari energi terbarukan dan energi baru itu akan meningkat," imbuhnya dalam acara Anugerah Dewan Energi Nasional (DEN) 2024 di JCC Senayan, Jakarta, Selasa, 10 Desember 2024.
Namun, Agus mengatakan bahwa kapasitas bauran energi yang Indonesia miliki, meski dimaksimalkan hingga tahun 2045, itu hanya berkisar 890 Terawatt hour (TWh). Jika energi tersebut dikombinasikan dengan energi fosil seperti batubara, ultra supercritical, gas combined cycle, dan gas turbine, kapasitas energinya hanya mencapai 300 TWh.
"Kita jumlahkan, dan wind dengan apa namanya, baterai energy storage system yang sangat masif, itu hanya akan ketemu sekitar 1.548 TWh," imbuhnya.
Padahal, menurut Agus, berdasarkan prediksi pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan langkah untuk keluar dari middle income trap, Indonesia perlu sekitar 1.700 TWh pada 2045. Karena itu, kekurangan tersebut bisa ditambal menggunakan energi nuklir.
Agus merinci bahwa pada tahun 2045, kapasitas listrik dari energi nuklir diproyeksikan mencapai 18 Gigawatt (GW), yang dapat menghasilkan sekitar 158 TWh. Menurutnya, nuklir harus menjadi bagian dari bauran energi bukan karena memicu perdebatan antara pihak yang pro dan kontra, melainkan karena nuklir adalah kebutuhan strategis.
"Keterbatasan energi terbarukan itu tidak akan bisa kita mengeluarkan diri dari middle income trap kita," imbuhnya.
Selain itu, sebelumnya, Ketua Harian Dewan Energi Nasional (DEN), Bahlil Lahadalia, menargetkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia mulai beroperasi pada 2032. Menurutnya, langkah persiapan telah dilakukan dengan penyusunan rancangan Peraturan Presiden tentang Komite Pelaksana Energi Nuklir atau KP2EN.
“Menyangkut energi nuklir ini salah satu terobosan yang harus kita lakukan. DEN sudah membicarakan hal ini dan kita targetkan 2032 nuklir sudah jalan,” kata Bahlil dalam rapat bersama Komisi XII DPR RI di Kompleks Parlemen, Senin, 2 Desember 2024.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral itu mengatakan, pada tahap awal, pemanfaatan nuklir belum dilakukan dengan skala besar. Menurutnya, energi nuklir akan dibagi ke dalam sejumlah spot dengan kapasitas 250–500 Megawatt (MW). “Ke depan kita akan buat dalam skala yang lebih bagus,” ujarnya.
Hammam Izzuddin berkontribusi dalam tulisan ini.
komentar
Jadi yg pertama suka