Ekonomi & Bisnis
Bahlil Bakal Pangkas Impor Minyak Usai Rupiah Babak Belur
CNN EKONOMI
| Desember 20, 2024
3 0 0
0
Jakarta, CNN Indonesia --
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan pemerintah berusaha menekan impor minyak usai rupiah anjlok menembus Rp16 ribu per dolar AS.
Bahlil menyebut kondisi ekonomi global saat ini sedang tak menentu. Oleh karena itu, nilai tukar rupiah ikut terpengaruh.
"Sekarang tugas kita itu adalah bagaimana mengurangi impor (minyak) agar kemudian kebutuhan kita terhadap dolar tidak terlalu banyak," katanya dalam Konferensi Pers di Kantor BPH Migas, Jakarta Selatan, Kamis (19/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Naik atau turunnya suatu nilai mata uang itu kan tergantung permintaan sebenarnya," sambung Bahlil.
Bahlil mengakui pemerintah melalui PT Pertamina (Persero) masih perlu dolar AS. Perusahaan pelat merah itu diklaim sebagai pengguna mata uang Negeri Paman Sam paling banyak di sektor energi.
Pasalnya, Pertamina masih mengimpor minyak hingga LPG. Bahlil bahkan mencatat angka impor tersebut cukup banyak.
"Kita tahu mengimpor crude atau BBM kita, termasuk LPG, satu tahun itu membutuhkan uang sekitar Rp500 triliun-Rp550 triliun devisa kita keluar. Itu kita pasti tukar dengan dolar," jelas Bahlil.
Di lain sisi, anak buah Presiden Prabowo Subianto itu memberikan pesan kepada para pengusaha tambang. Bahlil mengatakan perusahaan-perusahaan itu juga butuh dolar AS untuk beroperasi.
Bahlil menyebut pengusaha menggunakan mata uang AS salah satunya untuk membeli peralatan tambang.
"Terkait urusan bisnis dengan teman-teman (pengusaha) di tambang karena spare part-nya kan harganya dolar. Pasti (pelemahan rupiah) akan berdampak," ungkap Bahlil.
"Tapi kita lihat, mudah-mudahan mampu di-manage dengan baik oleh pelaku usaha ... Menteri ESDM sudah kayak Menko Perekonomian (Airlangga Hartarto) saja ini," tambahnya sembari berkelakar.
Pagi ini, nilai tukar rupiah dibuka di posisi Rp16.254 per dolar AS di perdagangan pasar spot. Mata uang Garuda melemah yakni turun 157 poin atau minus 0,98 persen.
(skt/sfr)
komentar
Jadi yg pertama suka