Ekonomi & Bisnis
Rupiah Ditutup Menguat terhadap Dolar AS Awal Pekan Ini
TEMPO BISNIS
| 12 jam yang lalu
5 0 0
0
TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah ditutup menguat terhadap dolar Amerika Serikat awal pekan ini. Terpantau pada perdagangan sore hari ini, Senin, 23 Desember 2024, kurs rupiah menguat ke Rp 16.195 per dolar AS.
Menurut data kurs Bloomberg yang diperbarui secara berkala, mata uang RI melejit 0,15 persen atau sebesar 25 poin. Sementara itu, menurut Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), kurs rupiah terhadap dolar AS kini sebesar Rp 16.159.
Negara tetangga, Filipina dan Malaysia, juga menguat mata uangnya terhadap dolar AS, masing-masing 0,54 persen dan 0,43 persen.
Baht Thailand unggul lebih tinggi lagi sebesar 0,57 persen terhadap dolar AS. Sedangkan dolar Hong Kong dan Singapura naik tipis masing-masing sebesar 0,07 persen dan 0,09 persen terhadap mata uang AS.
Di sisi lain, yen Jepang melemah hari ini hingga 0,26 persen. Dolar AS juga menekan dolar Australia dan Selandia Baru masing-masing sebesar 0,14 persen dan 0,12 persen. Mata uang Taiwan, Korea Selatan, India, dan Cina juga bernasib sama yaitu melemah terhadap dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi mata uang rupiah akan kembali menguat untuk perdagangan besok, Selasa, 24 Desember 2024. Prediksinya rupiah akan berada di rentang Rp 16.130 – Rp 16.200 terhadap dolar AS.
Menguatnya rupiah awal pekan ini terjadi ketika data perekonomian AS menunjukkan perlambatan inflasi. Hal ini meredakan kekhawatiran tentang seberapa besar bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), akan memangkas suku bunga acuan pada 2025.
Menurut Reuters, para traders memperkirakan The Fed bakal menurunkan suku bunga sebesar 38 basis poin (bps) tahun depan. Jumlah itu lebih rendah dari dua penurunan suku bunga sebesar 25 bps yang diproyeksikan The Fed pekan lalu.
Sebelumnya, rupiah sempat anjlok ketika menembus kurs Rp 16 ribu per dolar AS. Menanggapi hal tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berkata nilai tukar rupiah menjadi tanggung jawab dari Bank Indonesia (BI) sebagai pemegang tertinggi kebijakan moneter negara.
“Kalau yang menjaga nilai tukar, kan, Bank Indonesia,” kata Airlangga ketika dijumpai di kantornya, Jakarta Pusat, pada Jumat, 20 Desember 2024.
Meskipun begitu, Airlangga mengatakan bahwa pemerintah akan tetap menjaga kestabilan nilai rupiah dari segi fiskal. Hal tersebut dilakukan dengan cara mendorong nilai ekspor sambil tetap menekan besar impor.
Lukman Leong, analis Doo Financial Futures, mengatakan pelemahan rupiah dan mata uang lain terjadi di tengah sentimen risk off di pasar ekuitas yang berasal dari kekhawatiran prospek pemangkasan suku bunga The Fed.
Ada juga kekhawatiran bahwa kebijakan tarif Presiden Terpilih Donald Trump bisa memicu inflasi AS kembali naik, sehingga bukannya melakukan pemangkasan, The Fed mungkin bakal mempertahankan suku bunga atau menaikkannya. Trump sebelumnya telah mengancam akan menerapkan tarif sebesar 25 persen pada impor dari Kanada dan Meksiko, serta tarif 60 persen pada impor dari Cina.
Selain sentimen AS, Lukman mengatakan, perekonomian domestik juga menjadi faktor pemengaruh depresiasi rupiah. “Faktor lain tentunya ekonomi domestik yang dipandang investor masih lemah, terutama dari daya beli masyarakat, terlebih dengan adanya kenaikkan PPN (pajak pertambahan nilai) 12 persen,” kata dia.
Menurut dia, intervensi BI juga bisa menguatkan rupiah. Namun dengan keadaan ekonomi sekarang, mungkin penguatannya tidak akan efektif dan hanya bersifat sementara. Kurs rupiah terhadap dolar AS pada akhir 2024 diproyeksikan berkisar antara Rp 16.500 sampai Rp 16.700.
Vedro Imanuel G berkontribusi dalam penulisan artikel ini
Negara tetangga, Filipina dan Malaysia, juga menguat mata uangnya terhadap dolar AS, masing-masing 0,54 persen dan 0,43 persen.
Baht Thailand unggul lebih tinggi lagi sebesar 0,57 persen terhadap dolar AS. Sedangkan dolar Hong Kong dan Singapura naik tipis masing-masing sebesar 0,07 persen dan 0,09 persen terhadap mata uang AS.
Di sisi lain, yen Jepang melemah hari ini hingga 0,26 persen. Dolar AS juga menekan dolar Australia dan Selandia Baru masing-masing sebesar 0,14 persen dan 0,12 persen. Mata uang Taiwan, Korea Selatan, India, dan Cina juga bernasib sama yaitu melemah terhadap dolar AS.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memprediksi mata uang rupiah akan kembali menguat untuk perdagangan besok, Selasa, 24 Desember 2024. Prediksinya rupiah akan berada di rentang Rp 16.130 – Rp 16.200 terhadap dolar AS.
Menguatnya rupiah awal pekan ini terjadi ketika data perekonomian AS menunjukkan perlambatan inflasi. Hal ini meredakan kekhawatiran tentang seberapa besar bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), akan memangkas suku bunga acuan pada 2025.
Menurut Reuters, para traders memperkirakan The Fed bakal menurunkan suku bunga sebesar 38 basis poin (bps) tahun depan. Jumlah itu lebih rendah dari dua penurunan suku bunga sebesar 25 bps yang diproyeksikan The Fed pekan lalu.
Sebelumnya, rupiah sempat anjlok ketika menembus kurs Rp 16 ribu per dolar AS. Menanggapi hal tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berkata nilai tukar rupiah menjadi tanggung jawab dari Bank Indonesia (BI) sebagai pemegang tertinggi kebijakan moneter negara.
“Kalau yang menjaga nilai tukar, kan, Bank Indonesia,” kata Airlangga ketika dijumpai di kantornya, Jakarta Pusat, pada Jumat, 20 Desember 2024.
Meskipun begitu, Airlangga mengatakan bahwa pemerintah akan tetap menjaga kestabilan nilai rupiah dari segi fiskal. Hal tersebut dilakukan dengan cara mendorong nilai ekspor sambil tetap menekan besar impor.
Lukman Leong, analis Doo Financial Futures, mengatakan pelemahan rupiah dan mata uang lain terjadi di tengah sentimen risk off di pasar ekuitas yang berasal dari kekhawatiran prospek pemangkasan suku bunga The Fed.
Ada juga kekhawatiran bahwa kebijakan tarif Presiden Terpilih Donald Trump bisa memicu inflasi AS kembali naik, sehingga bukannya melakukan pemangkasan, The Fed mungkin bakal mempertahankan suku bunga atau menaikkannya. Trump sebelumnya telah mengancam akan menerapkan tarif sebesar 25 persen pada impor dari Kanada dan Meksiko, serta tarif 60 persen pada impor dari Cina.
Selain sentimen AS, Lukman mengatakan, perekonomian domestik juga menjadi faktor pemengaruh depresiasi rupiah. “Faktor lain tentunya ekonomi domestik yang dipandang investor masih lemah, terutama dari daya beli masyarakat, terlebih dengan adanya kenaikkan PPN (pajak pertambahan nilai) 12 persen,” kata dia.
Menurut dia, intervensi BI juga bisa menguatkan rupiah. Namun dengan keadaan ekonomi sekarang, mungkin penguatannya tidak akan efektif dan hanya bersifat sementara. Kurs rupiah terhadap dolar AS pada akhir 2024 diproyeksikan berkisar antara Rp 16.500 sampai Rp 16.700.
Vedro Imanuel G berkontribusi dalam penulisan artikel ini
komentar
Jadi yg pertama suka