Ekonomi & Bisnis
Ketidakpastian Global akan Membayangi Pasar Modal Indonesia 2025
TEMPO BISNIS
| 14 jam yang lalu
6 0 0
0
TEMPO.CO, Jakarta - Ketidakpastian global dan domestik diproyeksikan masih akan membayangi pasar modal Indonesia di tahun 2025. Direktur Utama Mandiri Sekuritas Oki Ramadhana menyebutkan bahwa situasi ‘The Waiting Game’ akan menjadi tema utama pasar saham Indonesia, dengan investor menunggu kepastian lebih besar di tengah volatilitas yang tinggi.
“Kondisi likuiditas yang ketat dan ketidakpastian geopolitik global, termasuk hasil Pemilu AS, menjadi faktor yang akan memengaruhi arah pasar modal Indonesia tahun ini,” ujar Oki di Gedung Bursa Efek Indonesia, Kamis, 9 Januari 2025.
Menurut dia, Mandiri Sekuritas telah memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan berada di level 8.150 pada akhir tahun, dengan rentang pergerakan antara 8.590 hingga 7.140. Fokus sektoral akan menjadi kunci bagi investor untuk menghadapi tekanan pasar.
“Di tahun 2025, sektor konsumsi, pangan, properti, telekomunikasi, transportasi, dan ritel memiliki potensi besar seiring meningkatnya kebutuhan pendanaan. Sementara pada Kuartal II, perbankan, otomotif, dan ritel menjadi sektor yang patut diperhatikan,” kata Oki.
Selain itu, pasar obligasi Indonesia juga diprediksi memberikan hasil positif sepanjang tahun 2025. Ada tiga katalis utama yang mendukung proyeksi ini:
- Prospek Penurunan Suku Bunga BI Rate
Tekanan inflasi yang relatif rendah dan ekspektasi penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia, seiring tren penurunan Fed Funds Rate, menjadi angin segar bagi pasar obligasi. - Tekanan Pasokan Surat Berharga Negara (SBN) yang Terkendali
Pemerintah dinilai mampu mengelola pasokan SBN melalui pemanfaatan Saldo Anggaran Lebih (SAL) dan berbagai mekanisme pendanaan lainnya. - Valuasi Obligasi yang Kompetitif
Valuasi obligasi Indonesia dinilai menarik dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya yang memiliki peringkat kredit setara.
“Pasar obligasi Indonesia juga menunjukkan dinamika baru, dengan dominasi investor domestik, termasuk dari segmen ritel, yang semakin besar. Bahkan, tahun ini investor ritel menjadi pembeli terbesar di pasar obligasi pemerintah,” jelasnya.
Meski ada katalis positif, risiko global tetap menjadi perhatian. Kebijakan fiskal Amerika Serikat di bawah pemerintahan baru, termasuk potensi pemangkasan pajak dan kenaikan tarif impor, dapat mempengaruhi inflasi global dan memperlambat penurunan Fed Funds Rate.
Eskalasi konflik geopolitik juga dipandang sebagai ancaman terhadap stabilitas pasar global. Namun, Oki mencatat bahwa korelasi antara imbal hasil US Treasury dan yield obligasi pemerintah Indonesia semakin menurun, mencerminkan meningkatnya kepercayaan investor domestik terhadap pasar obligasi nasional.
“Dengan berbagai dinamika yang ada, tahun 2025 adalah tahun di mana investor harus cermat memilih aset, fokus pada fundamental, dan memahami potensi pertumbuhan dari setiap sektor,” kata Oki.
Pasar modal Indonesia, meski penuh tantangan, tetap menawarkan peluang bagi investor yang dapat memanfaatkan momentum dengan strategi yang tepat.
komentar
Jadi yg pertama suka