Ekonomi & Bisnis
Donald Trump, Taipan Berharta Rp109 T yang Kini Jadi Presiden AS Lagi
CNN EKONOMI
| 10 jam yang lalu
3 0 0
0
Jakarta, CNN Indonesia --
Donald Trump akan dilantik menjadi presiden Amerika Serikat (AS) yang ke-47 pada Senin (20/1) besok.
Pelantikan dilakukan setelah Donald Trump berhasil memenangi Pilpres AS melawan Kamala Haris pada awal November 2024 lalu.
Sebelum terpilih menjadi presiden AS, Donald Trump sejatinya bukan orang sembarangan. Dari sisi kekayaan saja misalnya, ia memiliki harta yang luar biasa banyaknya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Merujuk data Forbes, Trump sampai dengan Sabtu (18/1) kemarin memiliki kekayaan sampai dengan US$6,7 miliar. Kalau dikonversikan dengan kurs Rp16.380, kekayaan tersebut tembus Rp109,7 triliun.
Jumlah harta itu membuat Trump menduduki peringkat orang terkaya dunia nomor 472.
Lalu siapa sebenarnya Donald Trump sehingga ia bisa memiliki kekayaan sebanyak itu?
Mengutip berbagai sumber, Trump lahir 14 Juni 1946 dari Mary Anne Macleod Trump, wanita kelahiran Skotlandia yang beremigrasi ke AS pada 1930 lalu.
Ayahnya bernama Frederick Christ Trump, putra seorang imigran Jerman. Fred Trump merupakan pemilik perusahaan real estate sukses bernama Elizabeth Trump & Sons.
Perusahaan mengembangkan properti untuk keluarga kulit putih golongan menengah di Queens, Brooklyn dan Staten Island AS.
Latar belakang usaha dari sang ayah itulah yang kemudian menuntun Donald Trump menjadi seorang pengusaha sukses.
Namun, sebelum menapaki kesuksesan seperti sekarang ini, ayahnya menyebut Trump sebenarnya memiliki masalah dengan perilakunya di waktu kecil. Ia sering berperilaku kasar dan membuat onar.
Karena kelakuan itu, sang ayah kemudian mendaftarkan Trump ke Akademi Militer New York saat ia masih berusia 13 tahun. Ayahnya ingin ia berubah menjadi anak yang disiplin dan semua energinya tersalur ke arah yang positif.
Trump kecil ternyata menikmati sekolah di akademi tersebut. Dia bahkan berprestasi di akademi, baik secara sosial maupun akademis.
Tapi, entah bagaimana ceritanya, ia tak melanjutkan petualangannya di dunia militer.
Yang pasti saat perang Vietnam berkecamuk pada 1960-an lalu, ia pernah hampir terkena wajib militer. Namun dengan alasan medis, ia kemudian tidak dipanggil untuk mengikuti wajib militer.
Setelah itu, ia mendaftar di Universitas Fordham, New York City dan kemudian dipindahkan ke Universitas Pennsylvania.
Saat masih kuliah inilah, Trump remaja mulai belajar menapaki karir bisnis. Ia berinvestasi di real estat Philadelphia.
Setelah menyelesaikan pendidikan sarjananya pada 1968, ia kembali ke New York dan bergabung dengan bisnis ayahnya secara penuh.
Kritik dan skandal publik menandai awal karier bisnis Trump. Pada 1973, Departemen Kehakiman AS menuduh perusahaan Trump melakukan diskriminasi terhadap calon penyewa keturunan Afrika-Amerika.
Namun, tuduhan itu dibantah. Perusahaan menyelesaikan masalah tersebut dengan menyetujui untuk menyewakan lebih banyak apartemen kepada penyewa berkulit hitam.
Pada 1970-an, Trump membantu memperluas bisnis ayahnya dengan membeli properti di luar New York City di lokasi seperti Virginia, Ohio, Nevada, dan California.
Pada saat yang sama, ia menyatakan minatnya untuk memperluas operasi real estat perusahaan dari wilayah yang lebih dekat dengan asalnya ke daerah New York ke Manhattan.
Pilihan perluasan dilakukan dengan pertimbangan wilayah tersebut banyak masyarakat kelas atas yang lebih makmur.
Pada 1976, Trump melakukan langkah besar dalam perjalanan bisnisnya. Langkah itu ia ambil dengan mengembangkan Hotel Grand Hyatt di lahan Hotel Commodore Penn Central Railroad yang saat itu bangkrut.
Trump saat itu memang tidak memiliki uang untuk membeli hotel tersebut. Tapi ia cukup piawai.
Ia menggunakan hubungan pribadinya dengan jaringan Hotel Hyatt untuk mengambil alih hotel tersebut. Ia juga menggunakan pengaruh politik ayahnya yang saat itu merupakan anggota terkemuka Partai Demokrat di Brooklyn untuk menegosiasikan peraturan dengan pemerintah Kota New York agar menguntungkan bisnisnya.
Karena pengaruh itu, Trump mendapat insentif berbentuk pengurangan pajak US$400 juta selama 40 tahun.
Bisnisnya makin berkibar. Pada tahun 1980-an, Donald Trump membangun kompleks apartemen kooperatif 36 lantai yang disebut Trump Plaza serta Trump Tower di Fifth Avenue.
Apartemen itu digunakan sebagai toko-toko mewah dan tempat tinggal bertingkat serta kantor pusat perusahaan milik Trump.
Tak puas dengan bisnis properti, Trump merambah bisnis kasino. Di Atlantic City, New Jersey, ia membangun Trump Plaza Hotel and Casino (awalnya bernama Harrah's di Trump Plaza) dan Trump Castle.
Pada tahun 1990, ia membangun Trump Taj Mahal dengan biaya hampir US$1 miliar. Ia menyebut proyek itu sebagai keajaiban dunia kedelapan.
Namun apes menimpa Trump pada 1990-an, saat ekonomi AS terjungkal ke jurang resesi. Banyak bisnisnya yang tertekan.
Dampaknya, ia mengalami kesulitan untuk membayar utang yang berjumlah sekitar US$5 miliar. Apalagi, sekitar US$900 juta dari utang itu ia jamin secara pribadi.
Trump Taj Mahal pun dinyatakan bangkrut pada 1991. Sementara dua kasino lain milik Trump, serta Plaza Hotel miliknya di New York City, bangkrut pada 1992.
Karena masalah itu, kekayaan bersih Trump selama periode ini diperkirakan anjlok berkisar antara US$1,7 miliar hingga minus US$900 juta.
Karena keterpurukan itu, sebagian besar bank besar menolak bekerja sama lagi dengan Trump.
Namun keterpurukan yang dialami Trump tak berlangsung lama. Seiring menguatnya perekonomian AS pada akhir 1990-an dan dengan keputusan Deutsche Bank AG yang berbasis di Frankfurt untuk membangun kehadirannya di pasar real estate komersial AS, bisnis Trump kembali berkibar.
Deutsche Bank memberikan kredit ratusan juta dolar kepada Trump pada akhir 1990-an dan 2000-an untuk proyek besar Trump, seperti; Trump World Tower (2001) di New York dan Trump International Hotel and Tower (2009) di Chicago.
Trump berhasil membayar utang-utang perusahaannya, meskipun beberapa di antaranya berbunga tinggi.
"Saya telah menggunakan hukum negara ini untuk mengurangi utang," katanya seperti dikutip dari militercenter.org.
Sukses keluar dari jeratan utang, Trump merambah bisnis hiburan. Pada Januari 2004, Trump bergabung dengan Mark Burnett Productions dan NBC untuk memproduksi dan membintangi reality show televisi, The Apprentice.
Acara ini sukses dan menjadi nomor satu di televisi AS karena berhasil membuat sejarah rating dan mendapat sambutan hangat dari masyarakat.
Kesuksesan itu menjadi durian runtuh bagi Trump. Ia mendapatkan keuntungan finansial US$200 juta dari kesuksesan The Apprentice.
Trump mengatakan semua kesuksesannya itu tak terlepas dari inspirasi yang diberikan ayahnya.
"Ayah adalah mentor saya, saya belajar banyak hal tentang setiap aspek industri konstruksi darinya," kata Trump seperti dikutip dari trump.com.
Sukses di dunia bisnis tak membuat Trump berpuas diri. Ia mencoba peruntungan di dunia politik dengan mencalonkan diri menjadi presiden AS pada Pilpres 2015 lalu.
Pada 16 Juni 2015, Trump secara resmi mengumumkan pencalonannya sebagai Presiden Amerika Serikat. Pada tanggal 20 Januari 2017, Trump dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45, dan menyerahkan pengelolaan The Trump Organization kepada putra sulungnya, Donald Jr. dan Eric.
Pada 5 November 2024, Presiden Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat ke-47 untuk masa jabatan keduanya.
komentar
Jadi yg pertama suka