Ekonomi & Bisnis
Bos PLN Beberkan Bahan Bakar Hidrogen Lebih Murah Ketimbang Bensin
TEMPO BISNIS
| 20 jam yang lalu
4 0 0
0
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PT PLN Darmawan Prasodjo membandingkan biaya penggunaan bahan bakar bensin dan hidrogen pada kendaraan. Menurut dia, mobil dengan bahan bakar hidrogen hanya membutuhkan biaya Rp 550 per kilometer, sedangkan yang menggunakan bensin butuh biaya sekitar Rp 1.300 per kilometer.
Murahnya biaya hidrogen untuk kendaraan itu, kata Darmawan, karena PLN menggunakan hidrogen excess supply yang tak memiliki investasi pembangkit. Dalam arti lain, bila perusahaan setrum negara itu tidak memanfaatkan atau menjualnya, maka hidrogen bakal terbuang dengan sia-sia.
“Kalau pakai hidrogen dari PLN, karena ini excess supply, tidak ada investasi pembangkit dan investasi elektrolisis. Makanya murah. Kami ada di sekitar 28 lokasi. Itu ada excess supply dari hidrogen,” ucap Darmawan dalam agenda Global Hydrogen Ecosystem Summit 2025, Jakarta Convention Center, Selasa, 15 April 2025.
Darmawan mempromosikan bahan bakar hidrogen dalam agenda tersebut. Menurut dia, harga hidrogen yang dijual PLN saat ini sudah diberi diskon setengah harga karena memanfaatkan excess supply yang ada. Darmawan menyebut hidrogen yang berlebih itu mereka dapatkan dari sisaan pendingin pembangkit di BUMN tersebut.
“Kami menyetrum air untuk mendapatkan hidrogen untuk mendinginkan pembangkit kami, eh salah hitung. Produksinya 200 sekian ton, yang dipakai 75 ton. 128 tonnya menjadi excess supply. Nah begitu ada excess supply, ini yang kita gunakan,” ucap Darmawan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia merespons bahan bakar hidrogen yang ditawarkan oleh PLN. Bahlil menyadari kalau harga murah dari hidrogen tersebut karena barang yang digunakan adalah excess supply. “Daripada dibuang, mendingan diuangkan, kira-kira begitu,” ucap Bahlil dalam agenda yang sama.
Namun demikian, Bahlil tetap menyambut baik pemanfaatan hingga pengembangan hidrogen untuk kendaraan di Indonesia. Menurut dia, kehadiran hidrogen akan mampu mengurangi penggunaan bahan bakar minyak di Indonesia yang membutuhkan 1,5 juta barel per hari.
“Konsumsi BBM Indonesia dalam satu hari 1,5 juta barel. Lifting kita kurang lebih sekitar 600 ribu barel. Berarti kita impor 900 ribu sampai 1 juta barel per hari. Nah cara kita mengurangi impor adalah memanfaatkan potensi bahan bakar pengganti fosil,” ucap mantan menteri investasi itu.
Bahlil menyebut bahan baku pembuatan hidrogen juga melimpah di Indonesia, mulai dari batu bara, gas, dan air. Dia yakin Indonesia akan semakin maju dalam sektor energi kalau dilakukan pengembangan terhadap hidrogen ini.
Menurut dia, tidak banyak negara di dunia yang memiliki keuntungan seperti Indonesia, khususnya dalam aspek kelimpahan sektor sumber daya energi dan mineral. “Dengan processing memakai energi baru terbarukan itu, saya pikir ini menjadi salah satu alternatif untuk pengganti fosil dalam rangka menuju kepada net zero emission di 2060,” ujar Bahlil.
komentar
Jadi yg pertama suka